Danau Toba, Kota Berkat di Atas Bukit

Danau Toba, Kota Berkat di Atas Bukit
Danau Toba. Foto: Metro Siantar/dok.JPNN

“Bicara infrastruktur itu hanya bicara akses ke kawasan Danau Toba, sarana dan prasarana jalan-jalan. Kita tidak hanya bicara yang tampak, tetapi juga yang tidak tampak,” ujar Maruap.

Dalam diskusi itu muncul istilah Kota Berkat di Atas Bukit. “Karena itu, dalam melihat Kota Berkat di Atas Bukit, adalah mempersiapkan manusia yang memiliki karakter dan menjadi berkat untuk waktu yang sangat panjang,” ujarnya.

Menurutnya, karakter orang Batak saat ini telah mengalami pergeseran, dari  yang religius/rohani (Theos) ke arah yang sekuler, hedonisme, materialisme, konsumtivisme, kapitalisme. “Hal seperti ini menimbulkan dampak buruk ekonomis. Semuanya menjadi bersifat transaksional. Karena itu, kita harus mengubah pola pikir orang-orang yang memiliki value yang bersifat transaksional dan materialistis menjadi valuenya adalah Berkat,” ulasnya.

“Kawasan Danau Toba sebenarnya adalah Kota Berkat di Atas Bukit, yang sudah menerima Berkat. Berkat itu sudah diberikan Tuhan sebagai anugerah (given blessing) bagi orang-orang Batak di Kawasan Danau Toba,” imbuhnya lagi.

Dengan pemikiran yang mirip, Ronsen Pasaribu, pembicara yang lain, merasa kurang sreg dengan keinginan pemerintah menjadikan Danau Toba sebagai Monaco of Asia. Dia lebih setuju menggunakan istilah Kota Berkat di Atas Bukit.

“Sebutan Monaco of Asi“, kita harus memperjelas istilah tersebut karena Kawasan Danau Tobabukanlah kawasan di mana ada prostitusi, narkoba, dan lain-lain. Kawasan Danau Toba itu Kota Berkat di Atas Bukit. Karena itu, kawasan itu berbeda dengan Monaco atau kota-kota lain. (sam/jpnn)



Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News