Dari Gedung Penuh Polisi Khusus, Tiongkok Tepis Isu Penindasan Muslim Uighur

Dari Gedung Penuh Polisi Khusus, Tiongkok Tepis Isu Penindasan Muslim Uighur
Pelajar dari etnis Uighur mempelajari Alquran dan Hadis di Institut Islam Xinjiang, Kamis (03/01/2019). Lembaga tersebut difasilitasi pemerintah Tiongkok untuk mencetak para imam yang bebas dari pengaruh radikalisme dan ektremisme. Foto: ANTARA/M. Irfan Ilmie

Demikian pula dengan konferensi pers pada 27 November dan 9 Desember digelar di tempat yang sama.

Hanya konferensi pers terakhir yang digelar pada 21 Desember 2020 tempatnya kembali ke IPC karena media asing yang hadir jumlahnya puluhan tidak seperti tiga kali konferensi pers sebelumnya yang hanya mengundang tiga perwakilan media asing di Beijing.

Pada kesempatan yang terakhir, tidak saja pejabat XUAR, melainkan juga ada tokoh agama Islam, warga etnis minoritas Muslim Uighur, para lulusan kamp vokasi, dan masyarakat biasa turut memberikan pernyataan pers.

Mereka menempuh perjalanan lebih dari 3.000 kilometer dari daerahnya menuju Beijing untuk bertatap muka secara langsung dengan pewarta dari berbagai negara di Asia, Eropa, Afrika, dan Amerika Latin.

Padahal saat itu sedang ada temuan kasus baru COVID-19 di Turban, salah satu daerah tingkat II di Xinjiang.

Mereka yang berasal dari berbagai kota di Xinjiang tersebut memberikan testimoni mengenai situasi terkini di daerahnya didukung dengan potongan gambar video yang disiapkan sebelumnya.

Tentu saja mereka dalam memberikan testimoninya dengan menggunakan bahasa Uighur dan Kazakh itu didampingi oleh Xu Guixiang dan Ilijan Anayat selaku juru bicara XUAR sekaligus Deputi Direktur Jenderal Front Serikat Kerja CPC Xinjiang.

Hampir semua topik yang disuguhkan dalam konferensi pers berkala tersebut bertujuan untuk menangkal berbagai tuduhan pelanggaran Hak Asasi Manusia, mulai dari pembatasan aktivitas harian masyarakat Xinjiang, khususnya etnis Uighur, kamp vokasi, genosida, hingga kerja paksa di berbagai sektor industri.

Pemda Xinjiang berkali-kali menggelar konferensi pers demi menepis isu pelanggaran HAM terhadap muslim Uighur, tetapi agenda itu sendiri kental dengan nuansa otoriter

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News