Data Makro Pemerintah Bikin Pengusaha Bingung

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan, penurunan konsumsi pada Ramadan dan Lebaran menunjukkan bahwa pelemahan terjadi di berbagai sektor.
Pelemahan konsumsi rumah tangga harus menjadi perhatian pemerintah karena merupakan kontributor terbesar pertumbuhan ekonomi domestik.
Eko menilai, mayoritas pelemahan daya beli terjadi pada pemilik rekening kurang dari Rp 100 juta yang merupakan 98 persen populasi.
Penurunan konsumsi terjadi gara-gara kenaikan harga bahan bakar minyak serta tarif listrik dan gas.
”Konsumsi kelas menengah ke bawah menjadi berkurang karena digunakan untuk membayar harga-harga yang naik itu,” papar Eko, Senin (7/8).
Sementara itu, menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani, terjadi anomali kondisi ekonomi Indonesia saat ini.
Pengusaha menilai ada yang tidak sinkron antara data makro versi pemerintah yang positif dan kondisi riil yang dihadapi dunia usaha.
”Saya juga bingung. Bagaimanapun, kami berasumsi bahwa data BPS benar. Namun, tetap saja kami merasa ada yang tidak sinkron antara data makro dan data mikro,” katanya.
Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan, penurunan konsumsi pada Ramadan dan Lebaran
- Jurus Bea Cukai Parepare Dorong Laju Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi di Daerah
- Pemerintah Optimistis Penguatan Ekonomi Syariah Mendongkrak Target Pertumbuhan 8% di 2029
- Perputaran Uang Judol Capai Rp1.200 Triliun, DPR: Ganggu Pertumbuhan Ekonomi
- Kinerja 2024 Moncer, Jasindo Perkuat Peran Pertumbuhan Ekonomi Nasional & Literasi Asuransi
- Genjot Pertumbuhan Ekonomi, Kanwil Bea Cukai Jakarta Beri Fasilitas TBB ke Perusahaan Ini
- Analis Sebut Kans Ekonomi Indonesia Alami Perkembangan Progresif