Data Utang Pemerintah Bikin Sentimen Negatif, Kurs Rupiah Loyo

Data Utang Pemerintah Bikin Sentimen Negatif, Kurs Rupiah Loyo
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap USD yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan ditutup melemah 20 poin atau 0,14 persen. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap USD yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan ditutup melemah 20 poin atau 0,14 persen.

Mata uang garuda anjlok menuju ke posisi Rp 14.445 per USD dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.425 per USD.

Direktur PT.TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menyatakan kurs rupiah dipengaruhi sentimen dari informasi audit terbaru dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI.

Menurut Ibrahim dalam audit terbaru BPK khawatir pemerintah Indonesia tidak bisa membayar utang.

Pasalnya, rasio utang Indonesia terhadap penerimaan sudah tembus 369 persen atau jauh di atas rekomendasi International Debt Relief (IDR) sebesar 92-176 persen dan rekomendasi Dana Moneter Internasional IMF sebesar 90-150 persen.

"Masalahnya, tren penambahan utang dan biaya bunga sudah melebihi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) dan penerimaan negara yang memunculkan kekhawatiran terhadap penurunan kemampuan pemerintah untuk membayar," kata Ibrahim.

Sebagai catatan, per April 2021, Kementerian Keuangan menyatakan utang pemerintah mencapai Rp 6.527,29 triliun atau 41,18 persen terhadap PDB.

Selain itu, BPK memberikan catatan terhadap indikator kesinambungan fiskal 2020 sebesar 4,27 persen yang telah melampaui batas yang direkomendasikan The International Standards of Supreme Audit Institutions (ISSAI) 5441- debt indicator yakni di bawah nol persen.

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap USD yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan ditutup melemah 20 poin atau 0,14 persen.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News