Defisit, Stop Ekspor Gas

Defisit, Stop Ekspor Gas
Defisit, Stop Ekspor Gas

Pada 2006, subsidi BBM tercatat Rp 64,2 triliun, naik menjadi Rp 83,8 triliun (2007). Lalu melonjak lagi menjadi Rp 139,1 triliun (2008). Bukan hanya itu, biaya subsidi listrik juga naik. Pada 2006, subsidi listrik swbesar Rp 30,4 triliun dan terus membengkak menjadi Rp 33,1 triliun (2007), Rp 83,9 triliun (2008).

Lantaran defisit gas inilah, satu per satu industri dalam negeri tumbang karena tak tersedianya gas. Sedangkan negara lain justru menikmati gas dari Indonesia bahkan dengan harga murah. Qoyum mengatakan, ekspor gas ke China saja hanya USD 4 per meter kaki kubik (MMBTU). "Padahal industri dalam negeri berani membeli dengan harga USD 7 per MMBTU," ucapnya.

Pemerintah, lanjut Qoyum, harus bisa bersikap tegas terhadap kontrak-kontrak jangka panjang untuk ekspor gas. Bagi yang kontraknya masih berlaku, dihargai. Namun, yang sudah habis kontraknya, tak usah diperpanjang lagi. (lum)

JAKARTA - Pemerintah ditantang untuk berani menghentikan ekspor gas karena dinilai tak menguntungkan, bahkan sebaliknya lebih banyak merugikan negara


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News