Deja Vu Golkar di Pentas Pipres

Deja Vu Golkar di Pentas Pipres
Deja Vu Golkar di Pentas Pipres
JIKA tak ada aral luar biasa yang mendadak melintang, tampaknya   Susilo “SBY” Bambang Yudhoyono berpeluang besar kembali menjadi presiden priode lima tahun ke depan. Perolehan suara partainya, yang 20% lebih dari semula 7,45% pada Pemilu 2004, meyakinkan bahwa ia disukai para pencontreng. Memang mengagetkan mengapa melonjak spektakuler, tetapi sebetulnya tidak aneh mengingat capaian suara total Golkar dan PDIP menurun sekitar 12%. Sudah hukum alam, jika ada yang luruh pasti ada yang bertumbuh.

Barangkali, SBY tidak hebat-hebat amat. Mungkin, sekali hanya karena pesaingnya, katakanlah tokoh figur ke 38 partai yang ada biasa-biasa saja, jika tak dikatakan sudah mengalami erosi. Megawati yang tadinya terbilang “kelas berat” ternyata lebih baik kabar dari rupa. Suara PDIP terus menurun dari 33% pada Pemilu 1999 menjadi 18% pada Pemilu 2004 dan sekarang, walaupun masih angka menurut quick count, menjadi hanya 14%-an.

Golkar mungkin sedikit berbeda. Partai yang lolos pada Pemilu 1999, padahal sebelumnya dianggap berbau Orde Baru dan sebagian masyarakat menggugat supaya dibubarkan saja, ternyata meraih posisi kedua. Bahkan nomor wahid pada Pemilu 2004. Proses menuju klimaks semestinya akan terjadi pada Pemilu 2009, tapi sayang “mesin partai” yang sempat memanas kembali dingin pada Munaslub Golkar akhir 2004 silam.

Terpilihnya Wapres Jusuf Kalla sebagai ketua umum Golkar pada 2004 itu di Denpasar, Bali, membuat “mesin partai” bagai dibongkar pasang, dan lalu itu tadi: rada mendingin. “The Winning Team” yang dibangun Akbar diganti tim baru dan otomatis networking baru yang tak bisa full tancap gas. Akselarasi pemanasan mesin pun kurang dimungkinkan karena JK lebih focus kepada kinerja Wapres, sehingga Golkar rada terabaikan.

JIKA tak ada aral luar biasa yang mendadak melintang, tampaknya   Susilo “SBY” Bambang Yudhoyono berpeluang besar kembali menjadi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News