Deja Vu Skandal Pelecehan Calon Hakim Agung

Deja Vu Skandal Pelecehan Calon Hakim Agung
Calon Hakim Agung Amerika Serikat Brett Kavanaugh. Foto: AFP

jpnn.com, WASHINGTON - Ada sejumlah alasan mengapa kasus Brett Kavanaugh jadi perhatian luas di Amerika Serikat. Selain karena yang akan dia duduki adalah posisi krusial, sentimen #MeToo, gerakan anti pelecehan seksual, masih kuat pengaruhnya.

Alasan lain yang tak kalah penting adalah kemiripan dengan yang terjadi 27 tahun lalu. Pada 1991 itu, Clarence Thomas sedang melalui proses nominasi hakim agung.

Di sela nominasi, berita mengenai keluhan pelecehan seksual bocor ke publik. Thomas dituduh melecehkan bawahannya, Anita Hill, saat masih menjabat di Departemen Pendidikan dan Kesetaraan Gender.

Hill pun diminta bersaksi. Perempuan yang saat itu sudah menjadi guru besar tersebut dipaksa untuk membicarakan pengalaman dia mendengar omongan jorok Thomas. Namun sayang, tak ada efek lanjutan dari kesaksian Hill. Partai Republik dan Demokrat sibuk saling serang dengan agenda politik masing-masing.

"Anita Hill berada di tempat yang ingin dia hindari. Dia menjadi korban pelecehan, meski bukan seksual," ujar Senator Alan Simpson, politikus yang mendukung Thomas pada 1991, sebagaimana dikutip CNN.

Lalu, bagaimana akhirnya? Thomas tetap lolos sebagai hakim agung. Sebaliknya, Anita Hill jadi bulan-bulanan dalam proses tersebut. Akankah Kavanaugh kali ini bakal semujur Thomas 27 tahun lalu?

Mungkin hal itulah yang membuat Christine Blasey Ford yang melemparkan tuduhan kepada Kavanaugh ragu untuk memberikan kesaksian. Meski akhirnya bersedia. (bil/c17/ttg)


Ada sejumlah alasan mengapa kasus Brett Kavanaugh jadi perhatian luas di Amerika Serikat. Alasan yang tak kalah penting adalah kemiripan dengan 27 tahun lalu


Redaktur & Reporter : Adil

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News