Delima Lestari, Penulis Puisi Indonesia yang 20 Tahun Menetap di Belanda

Rela Tak Ada Bayaran, Andalkan Dunia Maya

Delima Lestari, Penulis Puisi Indonesia yang 20 Tahun Menetap di Belanda
KETUA: Delima Lestari Widya Astuti de Wilde Sri bersama buku kumpulan puisi berjudul Kenang Sebayang saat ditemui di Ermelo, Belanda, pada 26 Juni lalu. Foto: Sidiq Prasetyo/Jawa Pos
Melalui dunia maya itulah, perempuan asal Solo, Jawa Tengah, ini mulai menjalin hubungan dengan para penulis puisi. Kebanyakan adalah penulis puisi dari Indonesia. Tapi, ada juga penulis puisi dari Malaysia dan Singapura. Dari hasil ngobrol di dunia maya itulah, lantas lahir himpunan puisi berjudul Padang 7,6 Skala Richter pada 2009.

Kumpulan puisi ini lantas diabadikan dalam sebuah buku. "Ini sebagai kepedulian kami, para penulis puisi, akan bencana gempa bumi yang melanda saudara-saudara kita di Padang dan sekitarnya pada saat itu," terang Delima.

Tahun 2009 memang menjadi tahun kelam bagi Padang. Pada saat itu, tepatnya 30 September 2009, gempa berkekuatan 7,6 skala Richter yang berpusat di 57 km dari Pariaman, Sumatera Barat, memakan banyak korban dan meluluhlantakkan daerah yang dilewatinya. Diberitakan saat itu, jumlah korban luka akibat bencana alam tersebut mencapai 4.151 orang dan 676 orang hilang. Selain itu, 60.156 orang harus mengungsi.

"Saat itu kami berharap, kumpulan puisi yang kami buat bisa membuat Padang dan sekitarnya bangkit dari keterpurukan," ucap perempuan yang tinggal di Bergen op Zoom tersebut.

Meski puluhan tahun tinggal di Belanda, jiwa Indonesia Delima Lestari Widya Astuti de Wilde Sri tak pernah luntur. Di sana dia berhasil menerbitkan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News