Depati Amir, Melawan Penjajahan di Tambang Timah

Depati Amir, Melawan Penjajahan di Tambang Timah
Ilustrasi Depati Amir di buku Profil Penerima Gelar Pahlawan Nasional Dalam Rangka Acara Hari Pahlawan Tahun 2018. Foto: M Fathra/JPNN

Sebab kedua, kasus penghinaan keluarga, yaitu seorang adiknya perempuan bernama Ipah dipermalukan oleh Djambil yang menolak untuk menikahi Ipah. Saat itu Depati Amir menuntut pembayaran denda adat sebesar 24 ringgit.

Selain alasan kehormatan keluarga, perlawanan Depati Amir juga dilandasi keinginan yang kuat untuk memperjuangkan dan melawan eksploitasi kolonial atas kekayaan alam Bangka-Belitung terutama timah.

Dalam perjuangannya, ayah dari Muhammad Awal Bahrain ini dibantu adiknya bernama Cing atau Hamzah sebagai panglima perang dan sejumlah panglima perang lainnya berpusat di Kampung Tjengal.

Dengan dukungan dari sejumlah demang dan batin maka perlawanan Depati Amir meluas ke berbagai wilayah di sepanjang pantai timur Bangka; Terentang Ampang, Toboali, Jebus, Sungailiat.

Perjuangan itu pun mendapat dukungan dari masyarakat maupun komunitas Tionghoa, sehingga dia pun mendapat pasokan senjata dari Singapura. Bantuan senjata juga datang dari lanun yang memasok senjata dari Mindanao, Lingga dan Palembang.

"Pertempuran sengit terjadi pada Desember 1848 di beberapa tempat; Lukok, Cepurak, Mendara, Memadai, Ampang dan Tadjaubelah, di mana Depati Amir memimpin langsung perlawanan," dikutip dari buku tersebut.

Depati Amir menjalankan taktik perang gerilya yang amat menyulitkan pihak militer kolonial, ditambah lagi pasukan pemeirntah Hindia-Belanda mendapat serangan penyakit yang disebut "Demam Bangka".

Kesulitan pemerintah kolonial memadamkan perlawanan Depati Amir juga disebabkan adanya persaingan pihak birokrasi sipil dengan kekuatan militer yang mengakibatkan strategi militer kolonial tak efektif.

Perlawanan Depati Amir baru dapat ditumpas sesudah dilakukan taktik menohok dari belakang, yaitu dengan memberi sejumlah uang ganjaran sebesar 1000 dollar Sanyol kepada 7 orang pimpinan dan 36 anggota barisan.

Pejuang dari Provinsi Bangka Belitung, Almarhum Depati Amir akhirnya dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh negara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News