Desainer Oscar Lawalata, 16 Tahun Angkat Budaya Indonesia dalam Karya

Setiap Show Butuh Enam Bulan untuk Riset

Desainer Oscar Lawalata, 16 Tahun Angkat Budaya Indonesia dalam Karya
MASTERPIECE: Oscar Lawalata (dua dari kanan) dan Mada van Gaans (dua dari kiri) di JFW 2015. Oscar membawakan busana bertajuk The Ceremony of Java. (Raka Denny/Jawa Pos)

Selain mengeksplorasi kekayaan budaya, Oscar menyukai tantangan dan hal-hal baru dalam setiap karya. Misalnya, ketika dia mendesain jersey untuk klub-klub peserta Speedy NBL (National Basketball League) yang di-launchingSeptember lalu. Dia mengaku mendapat pengalaman tersendiri ketika harus merancang jersey pemain basket.

Oscar tidak mengalami banyak kesulitan dalam mewujudkan idenya itu. Sebab, dia bisa becermin dari sang adik, Mario Lawalata, yang dikenal sebagai aktor dan presenter yang hobi basket.

Seperti halnya riset mendalam yang dilakukan untuk setiap karyanya, ketika mendesain jersey klub basket NBL, Oscar juga mengumpulkan data mengenai profil, filosofi, serta karakter setiap klub. Karena itu, dia membutuhkan waktu cukup lama, sekitar empat bulan, untuk menyelesaikan rancangannya. ’’Saya memang suka tantangan,’’ ujarnya.

Munculnya desainer-desainer baru yang mencuat lewat ajang pekan mode Indonesia seperti JFW atau Indonesia Fashion Week (IFW) membuat Oscar makin tertantang. Sebab, itu berarti industri fashion Indonesia makin berkembang. Banyaknya buyer dari luar negeri menjadi indikator bahwafashion tanah air mulai mendapat tempat di dunia mode internasional, khususnya di Asia.

’’Banyak sekali desainer muda Indonesia yang bermunculan dan tidak hanya dari kota-kota besar. Hanya, bagaimana setiap desainer harus memiliki identitas kuat,’’ tegas Oscar yang menyukai suasana tenang saat bekerja diworkshop tersebut.

Perjalanan Oscar menjadi desainer dimulai 16 tahun silam. Suka menggambar sejak kecil, dia menemukan passion-nya di bidang fashion design. Lulus SMA, dia masuk ke Esmod Jakarta, sekolah mode asal Prancis. Hanya satu setengah tahun kuliah, Oscar memutuskan berhenti karena krisis ekonomi pada 1998. ’’Sebab, bayarnya pakai dolar. Padahal, kurs dolar sangat tinggi,’’ tuturnya.

Dia lantas memberanikan diri membuka butik kecil-kecilan di garasi rumah. Dia juga mulai berani menunjukkan rancangannya kepada para artis teman mamanya. Salah satunya kepada penyanyi Titi D.J. Titi pun kemudian menjadi klien pertama Oscar. Sejak itu, busana desain Oscar yang unik menjadi langganan para artis. Namanya pun langsung terkerek menjadi desainer papan atas.

Setahun setelah itu, Oscar berhasil menjadi runner-up dalam ajang ASEAN Young Fashion Designer Contest 1999 di Singapura. Dia juga dianugerahi International Young Creative Entrepreneur (IYCE) Fashion Award 2009 di Inggris dengan menyisihkan 114 desainer dari 47 negara. Penghargaan tersebut diraih berkat konsistensinya mengolah serta mengembangkan kekayaan kain tradisional Indonesia. Pada 2010, Oscar menampilkan rancangannya dalam dua event mode bergengsi dunia, yaitu Pret a Porter di Paris serta London Fashion Week.

Oscar Lawalata sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari dunia mode Indonesia. Dedikasinya terhadap kain tradisional tanah air serta lima lin yang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News