Digital Footprint Para Penebar Hoax

Oleh Rhenald Kasali*

Digital Footprint Para Penebar Hoax
Rhenald Kasali. Foto: dokumen JPNN.Com

Karena itu, ketika beberapa hari lalu hoax yang dibuat seorang public figure yang mengaku menjadi korban penganiayaan di Bandung beredar, sambil tersenyum saya berpikir ini tinggal tunggu waktu saja.

Siapa pelakunya dan kebenarannya pasti akan terungkap. Apalagi, orang yang mengaku korban adalah sosok yang dikenal publik. Dan, hampir semua rumah sakit dan tempat-tempat yang dikunjungi, semisal rumah sakit dan bandara, sudah dilengkapi digital camera.

Penulis di bidang teknologi data Priyanka Gupta, juga Seth Stephens-Davidowitz penulis buku best seller Everybody Lies, mengatakan bahwa dengan teknologi, kini sudah tak lagi sulit untuk membuka "kedok" kebohongan.

Demikian pula politikus-politikus yang garang dan gemar merampok uang masyarakat, sekalipun menggunakan jubah kealiman tertentu, akan sangat mudah ditaklukkan ketika digital footprint-nya disajikan kepada publik. Jejak itu, jangankan dilihat orang lain, ditonton diri sendiri saja belum tentu mereka mau.

Bukankah manusia selalu menyembunyikan perilaku-perilaku aslinya yang memalukan? Mereka ingin terlihat sempurna sehingga mengalami social desirability bias.

Seth Stephens-Davidowitz yang menambang data di Google selama 4 tahun melabeli orang-orang yang bias itu sebagai pembohong. Aktor tertentu memang munafik, bahkan tentang kebohongannya sendiri.

Tetapi, mengapa zaman sekarang ini polisi menjadi begitu mudah mengetahui kebohongan-kebohongan itu? Jawabannya adalah karena manusia sendiri yang ceroboh dalam melakukan perbuatan-perbuatan yang tak pantas.

Celakanya, masyarakat senang menipu diri sendiri sepanjang mereka mendapatkan keuntungan atau kepuasan-kepuasan batin. Namun, di era ini, kemampuan berpikir kritislah yang akan menyelamatkan manusia dari perbuatan-perbuatan jahatnya dan kembali dalam nilai-nilai agama yang dianutnya.

Saya jadi mengerti mengapa mereka melakukan tekanan-tekanan pada pemerintah, mempersoalkan infrastruktur dan utang BUMN. Rupanya, ada saham di belakangnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News