Digitalisasi Hortikultura Indonesia Menuju Industri 4.0

Digitalisasi Hortikultura Indonesia Menuju Industri 4.0
penggunaan alat sensor di kebun petani bawang merah di Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Foto: Kementan

Dengan pemrograman yang dimiliki, alat ini dapat membantu menentukan waktu tanam yang tepat dengan memperhitungkan kondisi lingkungan sehingga mampu membantu petani beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang berubah.

Secara keseluruhan, sistem kerja alat dan aplikasi ini telah memanfaatkan kecerdasan buatan (artificial intelegency) dalam proses perhitungannya.

Petani, petugas dan semua yang sudah memiliki akun di dalam aplikasi dapat ikut memantau kondisi pertanaman dari jauh dan dapat bersama-sama mengetahui status pertanaman secara real time.

Alat ini membutuhkan akses internet untuk mengirimkan data secara periodik kurang lebih tiap sepuluh menit dari alat yang dipasang di kebun pada server di aplikasi.

Pengguna tidak perlu khawatir akan sumber daya yang digunakan. Sebab, alat ini menggunakan panel surya untuk menyerap energi matahari untuk disimpan di dalam baterai.

Bila terjadi sesuatu yang menyebabkan sistem mati, pengguna tidak perlu kahwatir karena database sudah dikumpulkan di lapang.

Data ini disimpan di dalam sistem block chain dan akan disusun kembali secara otomatis untuk mendapatkan pola yang tepat setelah alat berfungsi kembali.

Alat ini pertama kali digunakan untuk bawang merah di Malang guna mendukung pengembangan kawasan bawang merah berbasis korporasi yang dilaksanakan Direktorat Jenderal Hortikultura. (adv/jpnn)


Setelah sekian lama berkutat dengan pola konvensional, petani hortikultura tidak lama lagi akan menjadi bagian utuh dari dunia digital.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News