Dilema PAN - PKS: Ke Jokowi Salah, ke Prabowo Kalah

Dilema PAN - PKS: Ke Jokowi Salah, ke Prabowo Kalah
Pengamat politik Ari Junaedi. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat komunikasi politik Ari Junaedi menilai, Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berada dalam posisi dilematis, jika Gerindra-Demokrat berkoalisi di Pilpres 2019 dengan mengusung Prabowo Subianto-Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

"Kedua parpol ini kan suaranya tak cukup untuk berkoalisi mengusung pasangan capres sendiri. Jadi pilihannya memperkuat koalisi pendukung Joko Widodo atau Prabowo," ujar Ari kepada JPNN, Jumat (13/7).

Menurut pengajar di Universitas Indonesia ini, jika memilih bergabung mendukung Jokowi, maka kemungkinan akan mendapat jatah menteri lebih kecil dari partai-partai lainnya.

"Sementara kalau gabung mendukung Prabowo, jatah kursi menterinya mungkin lebih besar, tapi saya sangat yakin kata menang itu sendiri tidak dipunyai PKS dan PAN jika bergabung dengan Prabowo - AHY," katanya.

Ari juga membeberkan alasan lain mengapa menyebut PKS-PAN dalam posisi dilematis jika Gerindra-Demokrat berkoalisi.

Kedua partai terlanjur dinilai pendukungnya oposisi, karena itu bakal berpengaruh terhadap perolehan kursi di DPR jika memilih mendukung Jokowi.

Sementara jika bergabung dengan Gerindra-Demokrat, perolehan kursi juga diprediksi tak signifikan.

Karena di pemilihan legislatif dan pilpres serentak, sosok tokoh parpol duduk sebagai capres atau cawapres diyakini sangat memengaruhi perolehan kursi di DPR.(gir/jpnn)


Pengamat komunikasi politik Ari Junaedi menilai, Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berada dalam posisi dilematis


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News