Donor Datang Tengah Malam pun Langsung Operasi

Donor Datang Tengah Malam pun Langsung Operasi
STANDBY - Tim dari RSUD dr Soetomo ketika sedang berdiskusi dengan dr Zhang Jian Jun (Wakil Direktur) yang duduk di depan komputer. Foto: Nany Wijaya/Jawa Pos.
Hari itu merupakan hari pertama kami mempelajari ICU-nya OOTC. Kebetulan, bahasa Inggris dokter jaga yang bertanggung jawab saat itu bagus. Namanya dr Ming Yu. Di antara kami hanya dr Philia yang bahasa Mandarinnya lumayan fasih. Meski sudah lama tak dia gunakan, karena orang tua dan saudara-saudaranya sudah boyong ke AS.

Karena Ming Yu bisa berbahasa Inggris dan Philia bisa Mandarin, kami bisa dapat banyak ilmu malam itu. Di antara hal baru yang kami dapatkan malam itu adalah jumlah dan jenis alat monitor yang digunakan pasien selama di ICU ikut memengaruhi besarnya biaya yang harus ditanggung penderita.

Karena itu, untuk membantu pasien menghemat biaya, OOTC punya kebijakan yang perlu ditiru semua rumah sakit di Indonesia: Alat monitor yang tak terlalu diperlukan pasien, tak perlu disambungkan. Apalagi, jika pasiennya stabil. Dia tak menjelaskan (atau karena saya tidak bertanya), bagaimana dengan pasien VIP dan VVIP. Apakah juga perlu dibantu berhemat?

Sayangnya, Ming Yu tak bisa mengingat pasien-pasiennya, termasuk yang dari lantai 10 dan 11. Dua lantai tersebut memang dikhususkan untuk ruang perawatan pasien-pasien VIP dan VVIP. Dahlan Iskan sendiri opnamenya di lantai 11. Karena itu, operasinya diawasi sendiri oleh Prof Shen. Dan, yang menjadi kapten operator (yang memimpin tim ahli bedahnya), dr Deng langsung.

Selain melihat proses transplantasi dengan donor hidup, tim RSUD dr Soetomo Surabaya mempelajari transplantasi dengan donor cadaver alias mayat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News