Drama 50 Jam Liga Super Eropa, Saling Lempar Batu Sembunyi Tangan

Drama 50 Jam Liga Super Eropa, Saling Lempar Batu Sembunyi Tangan
Para pendukung sepakbola berunjuk rasa menentang Liga Super Eropa di luar Stadion Stamford Bridge di London pada 20 April 2021, menjelang pertandingan Liga Inggris antara Chelsea dan Brighton and Hove Albion. (AFP/ADRIAN DENNIS)

Akibatnya, proposal itu seketika lenyap setelah hampir seluruh klub pendiri balik badan tak kuasa menghadapi penentangan hebat dari komunitas sepak bola, termasuk dari pemain dan penggemar.

Media massa Inggris, salah satunya The Guardian, kemudian menurunkan laporan apa yang terjadi di belakang layar yang membuat proposal ini layu sebelum berkembang dan berhenti sama sekali sekalipun para penggagasnya menyatakan proposal ini hanya ditunda untuk sementara.

Kepada The Guardian, sejumlah orang dalam di balik rencana itu mengungkapkan tiga faktor yang membuat rencana ini berantakan sebelum bisa diwujudkan.

Pertama, strategi humas yang kacau, gejolak internal dalam klub-klub pendiri, dan bungkamnya ke-12 klub ketika diserang terus menerus oleh penggemar, pemerintah dan otoritas sepak bola.

Bibit kejatuhan muncul lebih cepat dari yang dikira ketika New York Times dan The Times, melaporkan prakarsa itu Minggu siang.

Kabar ini mengejutkan 12 klub pendiri yang tetap saja bungkam sampai Minggu malam itu.

Mereka bingung bisa secepat itu bocor ke media massa ketika mereka belum siap melakukan apa-apa.

“Selama berjam-jam tak ada pernyataan resmi. Dengan begitu, musuh-musuh Liga Super berkesempatan untuk serempak menyerang. Tak ada yang mengupas sisi positifnya," kata salah satu orang dalam itu.

Drama 50 jam Liga Super Eropa mengemuka, saling lempar batu sembunyi tangan pun terungkap.

Sumber ANTARA

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News