Dua Jam Jalan Kaki atau Tinggal di Pondokan Darurat

Dua Jam Jalan Kaki atau Tinggal di Pondokan Darurat
Dua Jam Jalan Kaki atau Tinggal di Pondokan Darurat
 

Sebagian siswa (termasuk Lia) berasal dari kampung terpencil atau bahkan dari pulau-pulau terpencil di Mentawai. Mulai Pulau Matuptuman, Sua, Beriulau, Katiet, hingga Togari.

 

Untuk mencapai sekolah, bukan hal yang mudah bagi siswa-siswa itu. Mereka harus menempuh perjalanan jauh. Beruntung buat mereka yang sudah memiliki kendaraan bermotor. Mereka yang berjalan kaki membutuh waktu berjam-jam untuk sampai ke sekolah. "Rumah saya dua jam jalan kaki dari sekolah," ujar Lia.

 

Kepala Sekolah SMPN I Sipora Arsenius mengatakan, di luar anak-anak yang tinggal di dekat sekolah, sekitar 30 persen siswa di sekolahnya adalah anak pondokan. Mereka  berasal dari pulau-pulau di luar sekolah. SMPN I Sipora yang berada di Desa Siuban, Kecamatan Sipora, dikelilingi sejumlah pulau yang juga ditinggali penduduk Mentawai. "Mereka sekolah di sini, sekaligus juga tinggal di sekitar sekolah," kata Arsenius.

 

Disebut anak pondokan karena mereka memang tinggal di pondok sekitar sekolah. Saat awal mereka bersekolah, orang tua mendaftarkan mereka. Namun, tidak cukup di situ, orang tua juga harus mencarikan pondokan bagi anak-anaknya. "Selain mendaftar sekolah, orang tua siswa juga sibuk mencari pondokan," ujarnya.

Fasilitas pendidikan di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, masih jauh dari layak. Murid-murid yang ingin melanjutkan ke SMP harus rela berpisah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News