Dulu Ritha tak Mampu Berdiri, Kini Tekuni Budidaya Pohon Tin

Dulu Ritha tak Mampu Berdiri, Kini Tekuni Budidaya Pohon Tin
Ritha berdiri di antara pohon-pohon tin yang berjajar di loteng rumahnya. Foto: LUKMAN/BONTANG POST/JPNN.com

Menariknya meski baru diperkenalkan, produk cokelat buah tin langsung laris diburu. “Padahal cokelatnya baru launching pekan lalu, tapi permintaannya sudah ratusan. Rata-rata pembelinya dari Bontang, Samarinda dan Balikpapan. Pemesannya juga ada yang dari Blitar dan Malang. Mungkin karena sekarang ini orang-orang suka dengan inovasi,” tuturnya.

Yang menarik, dalam menjalankan bisnis kebun tin ini awalnya Ritha hanya bermodalkan Rp 300 ribu yang disisihkan dari uang belanja pemberian suami.

Uang tersebut digunakan untuk membeli pohon tin jenis baru. Dari pohon tersebut, lantas dikembangkan Ritha dengan proses mencangkok. Pohon baru yang dikembangkan Ritha dijual dan pendapatannya digunakan untuk membeli bibit baru.

“Jadi uangnya berputar di situ, pohon tinnya bisa menghasilkan uangnya sendiri,” terang perempuan kelahiran Bontang, 12 September 1987 ini.

Ritha mengakui bila dirinya tidak memiliki latar belakang khusus terkait pertanian atau budidaya buah tin. Hanya saja dia memiliki hobi berkebun dan suka sekali menanam tumbuh-tumbuhan.

Sebelum berkebun tin, dia sempat bertanam tanaman hias aglonema namun tidak menghasilkan. Barulah ketika dia jatuh sakit, seakan mendapat inspirasi untuk berkebun tin yang dilakoninya hingga sekarang.

Selain membuat olahan dari daun dan buah tin, Ritha juga menjual bibit maupun pohon tin. Pohon tin yang sudah tumbuh berbuah dijualnya dengan kisaran Rp 250 ribu sampai Rp 350 ribu per pot.

Dia juga tak segan berbagi ilmu kepada siapa saja yang hendak belajar budidaya pohon tin. Bahkan dia sudah dipercaya untuk memberikan materi terkait budidaya pohon tin di Bontang.

Ritha sempat tidak mampu berderak untuk berdiri. Setelah rutin mengonsumsi rebusan daun tin, kesehatannya membaik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News