Ekonom UI: Tidak Selamanya Resesi Berujung Krisis Ekonomi

Ekonom UI: Tidak Selamanya Resesi Berujung Krisis Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

Memang, lanjut Fithra, sejak 1998 ekonomi Indonesia baru mengalami kontraksi pada 2020 yakni di Kuartal II minus 5,32 dan Kuartal III -3,49 persen.

"Ini adalah kontraksi pertama kali setelah 1998, yakni -5,3 persen dan -3,49 persen yang mana secara teknis sudah disebut resesi, tetapi sebenarnya kalau lihat faktor penyebabnya sama sekali berbeda," ujar Fithra.

Ia menjelaskan memasuki 2020 perekonomian sebenarnya sudah lumayan solid. Pada Januari dan Februari 2020, purchasing manager index (PMI) Indonesia berada di level 51.

"Ini menunjukkan industri sudah masuk wilayah ekspansi," tegasnya.

Namun, kata Fitrha, PMI jatuh pada Maret dan April karena ada faktor eksternal bermain. Kondisi ini tidak saja terjadi pada Indonesia tetapi negara lain.

Menurutnya, tekanannya bersifat homogen meskipun yang membuat Indonesia bisa recover adalah pada perbedaan domestic policy dengan negara lain.

Artinya, ujar Fithra, faktor kebijakan membedakan recovery antara satu negara dengan lainnya.

Lebih lanjut ditegaska tahun ini memang perekonomian mengalami resesi secara teknis.

Perekonomian Indonesia mengalami resesi teknis karena tumbuh negatif selama dua kuartal berturut-turut, tetapi resesi belum tentu berujung krisis ekonomi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News