Ekspor Burung Eksotis Terimbas Flu Burung

Ekspor Burung Eksotis Terimbas Flu Burung
Ekspor Burung Eksotis Terimbas Flu Burung
JAKARTA - Kebijakan Uni Eropa memperketat masuknya unggas dari belahan dunia lain menyusul mewabahnya flu burung, berpengaruh pada ekspor burung eksotis dari Indonesia. Akibatnya, devisa negara dari ekspor burung eksotis pun menurun.

Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Kementerian Kehutanan, Novianto Bambang W mengungkapkan bahwa pada 2010 lalu Indonesia mengantongi devisa USD 460,56 juta dari ekspor burung eksotis. Namun pada 2011, devisa yang diterima dari ekspor burung eksotis hanya USD 307,78 juta.

Novianto menuturkan, salah satu jenis keanekaragaman hayati Indonesia yang berpotensi untuk diekspor adalah burung hasil penangkaran seperti bayan atau kakatua jambul kuning. “Sayangnya potensi tersebut belum bisa dimaksimalkan karena Indonesia dinilai sebagai negara terjangkit flu burung,” kata Novianto dalam dialog Dua Mingguan Kementrian Kehutanan di Jakarta, Selasa (24/4).

Sementara total devisa yang diterima dari tumbuhan dan satwa liar pada 2010 adalah USD 377,7 juta. Pada 2011, devisa yang diterima bertambah menjadi  USD 449,9 juta. "Angka tersebut adalah perkiraan dengan menghitung realisasi eskpor tumbuhan dan satwa liar dengan harga patokan dan dikonversi ke mata uang dolar AS," paparnya.

JAKARTA - Kebijakan Uni Eropa memperketat masuknya unggas dari belahan dunia lain menyusul mewabahnya flu burung, berpengaruh pada ekspor burung

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News