Eric Adams

Oleh: Dahlan Iskan

Eric Adams
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Takdirlah yang mengakhiri sejarah hitam campur tangan oligarki di New York. Dan takdir itu datang hanya dari seorang pelacur.

Waktu itu yang menjadi wali kota adalah James Walker. Ia didukung penuh oleh Tammany Hall. Semasa Walker itulah New York lagi seru-serunya membangun infrastruktur. Di segala bidang infrastruktur perkotaan. Termasuk jalan-jalan lebar bebas hambatan.

Terjadi korupsi besar-besaran. Sogok-menyogok. Namun, Walker terpilih lagi. Dengan suara lebih besar. Kepercayaan diri kian tinggi. Polisi pun ia atur. Ia lindungi.

Seorang wanita ditangkap. Tuduhannya: ia jadi pelacur ilegal. Wanita itu dianggap bisa membahayakan. Begitu seriusnya kasus ini sampai dibentuk komisi penyelidik.
Seorang wanita lainnya membocorkan rahasia: polisi telah salah tangkap. Keesokan harinya wanita pelapor ini ditemukan mati dengan bekas leher dicekik.

Hukum masih bisa tegak di sana: skandal ini terbongkar. Walker mulai dikaitkan dengan pembunuhan itu. Korupsinya pun terungkap.

Walker melarikan diri ke Prancis: bersama pacarnya, seorang bintang panggung di teater Broadway. Setelah ia lebih dulu menceraikan istrinya.

Seorang pelacur mengakhiri karier Walker. Juga mengakhiri dominasi oligarki yang legendaris di sana.

Orang seperti Adams pun –80 tahun kemudian– bisa terpilih sebagai wali kota New York. (*)

Eric Adams pilih naik sepeda. Dengan pakaian jas lengkapnya. Adams pernah sakit parah: diabetes tipe dua.


Redaktur : Adek
Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News