Fadel Disarankan tak Ributkan Jabatan

Fadel Disarankan tak Ributkan Jabatan
Fadel Disarankan tak Ributkan Jabatan
Saat Bangladesh mengalami bencana kelaparan pada 1974, Yunus terjun langsung memerangi kemiskinan dengan cara memberikan pinjaman skala kecil kepada mereka yang sangat membutuhkannya. Ia yakin bahwa pinjaman yang sangat kecil tersebut dapat membuat perubahan yang besar terhadap kemampuan kaum miskin untuk bertahan hidup. Keberhasilan model Grameen Bank ini telah menginspirasikan model serupa dikembangkan di dunia berkembang lainnya, termasuk di negara maju seperti AS.

“Muhammad Junus dulu pinjam uang ke Bank untuk membiayai orang miskin, tidak dikasih sama Bank sentralnya Bangladesh. Dan sekarang Bank-nya lebih besar daripada bank pemerintah di sana,” ungkap Rhenald.

Menurut Rhenald, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tetalh kehilangan pembantu yang mampu menerjemahkan visi dan misi presiden, yakni pro poor, pro job, dan pro growth. “Orang yang bisa menerjemahkan itu, salah satunya adalah Pak Fadel. Jadi kalau Presiden melepaskan, seharusnya disertai ucapan terima kasih dan dengan penjelasan, sehingga tidak menimbulkan kontroversi seperti ini. Saya kira kita sebagai masyarakat juga perlu tahu pertimbangannya apa, walaupun itu adalah haknya presiden. Masyarakat menginginkan sesuatu yang real,” ujarnya.

Rhenald mengaku bisa memahami kekecewaan masyarakat atas pencopotan Fadel dari kabinet. “Fadel itu adalah figur seorang yang bergerak, bukan cuma berbicara. Negeri ini butuh pendobrak, dan Pak Fadel memiliki kemampuan itu,” tandasnya.

JAKARTA -- Guru Besar Ilmu Manajemen Universitas Indonesia, Rhenald Kasali, menyarankan agar Fadel Muhammad tidak lagi berpolemik soal pencopotan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News