Fauzan Cerita Kisah Saudagar Tajir tak Takut Penjajah Belanda

Fauzan Cerita Kisah Saudagar Tajir tak Takut Penjajah Belanda
Para peserta walking tour menyempatkan diri untuk berfoto bersama di depan Klenteng Grajen, Semarang. Meski gerimis, mereka tetap ceria. Foto: SHABRINA PARAMACITRA/JAWA POS

Dia tak ingin lagi pindah ke Bandung yang sering macet dan penuh polusi. ”Semarang itu ibu kota di Jawa yang paling bisa aku tinggali, dengan tetap sehat jiwa dan raga,” ujarnya dengan mantap.

Sesuai namanya, Bersukaria. Fauzan memang ingin mengajak para peserta tur belajar dan bergembira bersama warga sekitar. Karena itu, beberapa rute tur juga melibatkan interaksi antara peserta dan warga.

Contohnya rute Mataram yang diikuti Jawa Pos. Para peserta diajak mampir ke kedai kue leker. Saat Ramadan, rute itu ditambah dengan sesi buka puasa bersama di Masjid Pekojan yang menawarkan bubur India untuk takjil.

Dan, peminat tur itu ternyata juga tetap banyak selama bulan puasa. Fauzan bahkan masih bertugas memandu sampai empat hari sebelum Lebaran.

”Bersukaria itu sebenarnya kita ambil dari lagu ciptaan Bung Karno,” katanya.

Tapi, lebih dari itu, Bersukaria Tour ingin mengajak peserta, storyteller, dan masyarakat bersukaria bersama-sama. ”Kami ajak beli dagangan warga sekaligus belajar sejarah,” katanya. (*/c11/ttg)


Di kampung itu, ada Tasripin, saudagar Jawa kaya raya pada zaman kolonial yang tak takut kepada penjajah Belanda.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News