Ferdy Sambo: Semua Kebahagiaan Sirna, Berganti Suram, Sepi, dan Gelap

Ferdy Sambo: Semua Kebahagiaan Sirna, Berganti Suram, Sepi, dan Gelap
Terdakwa kasus pembunuhan berencana Nofriansyah Yosua Hutabarat, Ferdy Sambo menyampaikan pleidoi pada sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jakarta, Selasa (24/1). Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN.com

Namun, lanjut Sambo, ketika itu Putri Candrawathi mengiba agar aib yang menimpa keluarga mereka tidak perlu disampaikan kepada orang lain.

"Istri saya begitu malu, dia tidak akan sanggup menatap wajah orang lain yang tahu bahwa dia telah dinodai," kata Sambo.

Putri Candrawathi, kata Sambo, kala itu meminta agar persoalan tersebut diselesaikan dengan baik-baik.

Karena itu, Putri Candrawathi mengaku telah menyampaikan langsung kepada almarhum Yosua agar resign dari pekerjaannya sebagai ajudan.

"Permintaan yang kemudian saya ikuti, lantas saya memintanya masuk ke dalam kamar, sementara saya berdiam diri di ruang keluarga dengan hati dan pikiran yang kacau berantakan," kata Sambo.

Dalam suasana kalut tersebut, Ferdy Sambo memanggil Ricky Rizal sebagai ajudan paling senior yang bertugas menjaga keluarga untuk menemuinya di lantai tiga rumah Saguling, Jakarta Selatan.

"Saya menanyakan apakah yang bersangkutan tahu bahwa istri saya Putri Candrawathi telah dilecehkan oleh Yosua, dan dijawab yang bersangkutan “tidak tahu”, lantas saya menyampaikan bahwa akan melakukan konfirmasi kepada Yosua," kata Sambo.

Di saat itu pula, Ferdy Sambo meminta kesediaan Bripka Ricky Rizal melindunginya atau mem-back up bila Brigadir J melawan.

Dalam pleidoi, Ferdy Sambo mengaku telah kehilangan kebahagiaan hidup. Semua berawal dari Putri Candarawthi yang menangis tersedu-sedu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News