Ferdy Sambo: Semua Kebahagiaan Sirna, Berganti Suram, Sepi, dan Gelap

Ferdy Sambo: Semua Kebahagiaan Sirna, Berganti Suram, Sepi, dan Gelap
Terdakwa kasus pembunuhan berencana Nofriansyah Yosua Hutabarat, Ferdy Sambo menyampaikan pleidoi pada sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jakarta, Selasa (24/1). Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN.com

"Demikianlah penyesalan kerap tiba belakangan, tertingal oleh amarah dan murka yang mendahului," ucap pria yang pada 9 Februari mendatang genap berusia 50 tahun itu.

Berawal dari Pengakuan Putri Candrawathi

Ferdy Sambo mengaku penderitaan yang menimpa dirinya dan keluarga diawali dari peristiwa yang dialami oleh istrinya, Putri Candrawathi pada 7 Juli 2022 di Magelang, Jawa Tengah.

Lalu, pada 8 Juli 2022, Putri Candrawathi tiba di Jakarta dan menyampaikan bahwa dirinya telah diperkosa oleh almarhum Brigadir J sehari sebelumnya.

"Istri saya Putri Candrawathi terus menangis tersedu-sedu sambil menceritakan bagaimana kejadian yang telah dialaminya tersebut," kata Sambo.

Sambo mengatakan tidak ada kata-kata yang dapat diungkapkan oleh dirinya ketika itu.

"Dunia serasa berhenti berputar, darah saya mendidih, hati saya bergejolak, otak saya kusut membayangkan semua cerita itu," ucap Sambo.

Sambo juga membayangkan harkat dan martabatnya sebagai seorang laki-laki, sebagai suami yang telah dihempaskan dan diinjak-injak.

"Membayangkan bagaimana kami harus menghadapi ini, menjelaskannya di hadapan wajah anak- anak kami, juga bertemu para anggota bawahan dan semua kolega kami," kata Sambo.

Dalam pleidoi, Ferdy Sambo mengaku telah kehilangan kebahagiaan hidup. Semua berawal dari Putri Candarawthi yang menangis tersedu-sedu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News