Franco

Franco
Entrenador Timnas Spanyol Luis Enrique memberikan instruksi. Foto: Twitter@EURO2020

Televisi juga digunakan sebagai media propaganda agar seluruh Spanyol bangga atas identitas Real Madrid.

Bersama Franco, Madrid menyabet gelar Piala Champions hingga lima kali berturut-turut. Sebuah sejarah yang tak akan pernah terulang.

Namun, Franco tetaplah bukan fans Real Madrid. Ia hanya membuat Madrid sebagai alat untuk melanggengkan kekuasaan.

Setelah Franco tiada, prestasi Real Madrid di Liga Champions pun nihil. Mereka baru juara 32 tahun kemudian atau pada gelaran Liga Champions musim 1997/98.

Barcelona menolak lupa atas kediktatoran Francisco Franco. Mereka melakukan kampanye agar medali juara yang pernah diberikan supaya ditarik dan dilucuti. Barcelona menggelar pemungutan suara untuk memutuskan pelucutan gelar-gelar itu.

Jenderal Franco membawa jejak kelam dalam sejarah Barcelona. Ia menciptakan perang sipil di Barcelona pada periode 1936-1939, yang menewaskan sekitar 500 ribu orang.

Presiden Barcelona, Josep Sunyol, bahkan menjadi korban atas perang saudara itu. Setelah wilayah Catalunya direbut, Franco kerap memperlakukan klub Barcelona tak adil. Pada 1975, Franco wafat yang sekaligus menyudahi era kediktatorannya.

Sejarah itulah yang mewarnai pertandingan El Clasico sampai sekarang. Tuntuan Katalunia merdeka menjadi tuntutan yang setiap saat muncul. Pada setiap pertandingan Barcelona melawan Real Madrid bendera Katalunia strip kuning merah menjadi lambang perlawanan politik yang berkibar-kibar sepanjang laga.

Spanyol pernah menjadi juara Eropa dan juga juara dunia. Kejayaan itu sempat hilang, dan Spanyol ingin merebutnya kembali.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News