Gagal jadi Guru, Kini Omzetnya Bisa Rp 60 Juta per Bulan

Gagal jadi Guru, Kini Omzetnya Bisa Rp 60 Juta per Bulan
Suhardiman M Yusuf bersama kebaya koleksinya. Foto: MAHFUD H HUSEN/MALUT POST/JPNN.com

Suhardiman belajar merawat rambut dan merias secara otodidak. Namun sepanjang berbisnis di dunia kecantikan, ia berulangkali mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kemampuannya.

Di Ternate, Suhardiman mengontrak sebuah bangunan di Kelurahan Tanah Tinggi, Ternate Tengah. Di ruangan tersebut, ia memajang alat-alat kecantikan dan gaun pengantin. Gaun tersebut disewakan untuk pelanggan.

Namanya usaha, tidak selalu berjalan mulus. Pendapatan awal salonnya tak seberapa. Tapi Suhardiman tak patah semangat. Setahun berikutnya, salonnya makin diminati pelanggan.

”Waktu itu pendapatan memang tak seberapa, karena memang tren bajunya masih di bawah standar,” terangnya.

Setelah beberapa tahun menetap di Tanah Tinggi, Suhardiman kemudian memindahkan salonnya ke kontrakan yang baru di Toboko.

Ia pun kebanjiran pelanggan, baik yang ingin menyewa gaun pengantin, gunting rambut, maupun riasan saat acara.

”Gaun pengantin per paketnya harga Rp 15 juta. Itu ada empat macam baju sekalian dengan riasnya. Biasanya saya terima job selain Ternate itu ada Tobelo, Bacan, dan Tidore. Harganya sama, terkecuali kalau ada yang pakai gaun hanya dua macam, harganya diturunkan,” paparnya.

Saat ini, pelanggan Pretty Salon sudah semakin banyak. Tiap bulan, Suhardiman paling sedikit menerima job untuk pengantin 3 sampai 4 orang. Per paket Rp 15 juta, berarti omzetnya bisa mencapai Rp 60 juta per bulan.

Sejak kecil, Suhardiman M Yusuf ingin menjadi seorang guru. Namun keterbatasan finansial membuatnya gagal melanjutkan pendidikan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News