Gangga Risma

Oleh Dahlan Iskan

Gangga Risma
Foto: disway.id

Matahari sudah mulai bersinar terang. Saya kembali menyusuri gang tikus. Menuju jalan raya. Saya bisa melihat kondisi gang itu lebih jelas.

Sesekali melongokkan wajah ke dalam bilik rumah.

Perjalanan kian tersendat menelusuri gang ini. Sepeda motor ikut berebut gang sempit. Dengan suara mesin dan klaksonnya.

Sesekali saya juga harus berjungkit --banyak kotoran sapi di dekat sepatu.

Tidak sulit mencari Bajaj di mulut gang. Ini boleh dibilang kota Bajaj. Atau kota gerobak yang ditarik sepeda.

"Ke kuil Hanoman," kata saya. Saya tidak perlu lagi bertanya: berapa ongkosnya.

Saya sudah hafal perkiraan permintaan mereka. Sekitar Rp 50.000 - Rp 80.000.

Saya pun diantar ke kuil kera. Salah satu yang dianggap paling suci di kota suci Varanasi.

Hanoman ternyata dewa yang terfavorit di kalangan laki-laki. Dalam perjalanan menuju Kuil Hanoman ini pikiran saya melayang ke Surabaya: mengapa Varanasi tidak mengangkat Bu Risma sebagai wali kotanya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News