Garis Pantai Indonesia Panjang Sekali, kok Garam Masih Impor

Garis Pantai Indonesia Panjang Sekali, kok Garam Masih Impor
Garam. Foto ilustrasi. dokumen JPNN

Kepala BPPT Unggul Priyanto menuturkan, saat ini sedang direncanakan pembangunan pabrik garam untuk ditempatkan di Kupang, NTT.

Pabrik garam senilai Rp 45 miliar itu bakal dikelola bersama dengan PT Garam. Secara teknis pabrik itu memang belum bisa mengolah langsung dari air laut menjadi garam.

Namun dengan teknologi pencucian dan pengeringan yang baik, pabrik itu mampu meningkatkan kualitas garam rakyat.

Dijelaskan, garam rakyat dimasukkan di dalam pabrik, kemudian dicuci dengan air garam sampai bersih. Lalu dikeringkan kembali. ’’Harapannya bisa memroduksi garam untuk industri,’’ bebernya.

Ke depan, pasar besar garam bukan untuk konsumsi, tetapi industri. Dia mengatakan, di dalam garam itu ada kandungan klornya.

Nah klor itu merupakan bahan untuk membuat pipa, gelas, atau kaca. Kebutuhan garam untuk konsumsi diperkirakan 2 juta ton sampai 3 juta ton setiap tahun. Sedangkan untuk industri masih terbuka lebar sekali.

Direktur Utama PT Garam Budi Sasongko membenarkan bahwa saat ini Indonesia impor garam untuk konsumsi. Sepanjang 2017 pemerintah memutuskan impor 226 ribu ton garam dari Australia.

Alasan impor ini adalah produksi nasional sedang jatuh akibat iklim yang tidak bersahabat. Musim penghujannya terlalu lama, sehingga produksi garam menurun.

Pabrik itu nanti bisa mengolah langsung air laut menjadi garam. Kemudian keluarannya adalah air tawar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News