Garuda Ayolah

Garuda Ayolah
Dahlan Iskan. Foto: disway.id

Memang direksi Garuda sudah melakukan negosiasi dengan lessor. Sudah ada juga yang berhasil. Atau agak berhasil.

Namun, negosiasi itu dianggap kurang keras. Mungkin karena orang timur. Padahal uang tidak mengenal suku dan agama.

Salah satu contoh yang 'agak berhasil' itu adalah: sewa sudah bisa turun. Namun, kurang banyak. Masih berat. Dan lagi pesawatnya masih harus parkir di Jakarta. Itu berarti sewa parkir, perawatan dan asuransi masih menjadi tanggungan Garuda.

Garuda, kabarnya, sudah menunjuk perusahaan asing untuk melakukan negosiasi itu. Namun, tetap saja negosiasi terbaik adalah oleh orang sendiri. Yang memang punya jiwa sebagai negosiator. Juga punya kemampuan. Termasuk bahasa.

Negosiasi itu sendiri akan lebih kuat atas perintah pengadilan. Dengan batas waktu yang jelas. Tidak perlu malu. Toh nyaris semua negara mempunyai mekanisme seperti lewat PKPU itu. Yang kalau di Amerika kita kenal sebagai Chapter 11.

Memang, Dirut Garuda --seperti yang dikemukakan di TV One tiga hari lalu-- mengatakan Garuda akan baik-baik saja.

Di forum TV One itu saya tergelitik atas penjelasan Dirut itu. Maka saya pun bertanya pada Pak Dirut: apakah sampai tiga bulan ke depan Garuda masih akan bisa terbang normal?

Saya ingin tahu yang pasti-pasti saja.

Jangan takut ke PKPU. Malu sebentar. Namun, menyelamatkan banyak hal: nama Garuda, karyawan dan juga pemegang saham.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News