Gawat, Bahasa Daerah Makin Sekarat, Hampir Punah

Gawat, Bahasa Daerah Makin Sekarat, Hampir Punah
Ilustrasi ragam bahasa daerah di Indonesia. Foto: kemendikbud

Salah satu bahasa daerah di Riau yang ditengarai mengalami pengurangan penutur dan penyempitan wilayah pemakaian ialah bahasa Melayu Akit.

Dia menjelaskan Suku Akit atau Suku Akik merupakan salah satu suku asli yang mendiami wilayah Provinsi Riau.

Suku Akit merupakan salah satu sub-suku Melayu (Proto Melayu) yang mendiami wilayah Pulau Rupat, Pulau Padang (Sungai Labu, Kudap, Dedap, Selat Akar, Bagan Melibur, Kunsit).

Juga di Pulau Merbau (Cemaning, Ketapang, Renak Dungun), Pulau Tebing tinggi (Tanjung Peranap, Aer mabuk,Kundur, Lalang, Sesap, Batin Suir), Pulau Rangsang (Api-api, Linau Kuning, Bungur-Kuala Parit, Sonde,Sungai Rangsang, Tanjung sari, Sokop, Mereng, Bandaraya, Banau, Sipije), dan Pulau Mendol.

Suku tersebut memeluk aliran kepercayaan, Buddha, Islam, dan Kristen. Suku ini telah lama mendiami pulau-pulau tersebut sebelum suku lainnya menjadikan daerah tersebut sebagai tempat tinggal. Mata pencarian Suku Akit ialah berburu dan melaut.

"Karenanya dilakukan upaya revitalisasi agar bahasa ini tidak hilang karena masyarakat di sana bersikap pasif," kata Muis.

Hasil didapati di lapangan, mereka sebelumnya tidak pernah memikirkan seperti apa nasib bahasa Akit di masa yang akan datang.

Dari penuturan para pemangku adat Suku Akit dan juga pemerintahan Desa Hutan Panjang yang juga penutur bahasa Akit, mereka sangat berharap pemerintah lebih memperhatikan kelestarian bahasa suku mereka.

Pelestarian bahasa daerah harus ditingkatkan karena eksistensinya makin melemah, sekarat bahkan hampir punah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News