Gawat, Bahasa Daerah Makin Sekarat, Hampir Punah

Gawat, Bahasa Daerah Makin Sekarat, Hampir Punah
Ilustrasi ragam bahasa daerah di Indonesia. Foto: kemendikbud

Mereka kini sangat khawatir dan menyadari bahwa penutur bahasa Akit sudah jauh berkurang dari jumlah sebelumnya. Kecintaan penutur bahasa Akit juga semakin luntur yang disebabkan oleh perkembangan zaman.

"Mereka juga tersentak ketika diberikan informasi tentang gejala-gejala kepunahan yang mulai terjadi pada bahasa mereka," ucap Muis.

Dia menerangkan tahapan revitalisasi bahasa Akit khususnya di Desa Hutan Panjang dilakukan dalam tiga tahap, yaitu, survei dan koordinasi, kemudian pembelajaran atau pewarisan dan pemasyarakatan melalui pergelaran seni dan pertunjukan kebahasaan.

"Kami juga melakukan kesepakatan dengan pemuka adat untuk mendorong generasi muda untuk turut melestarikan bahasa daerah. Transmisi ini harus dilakukan," kata Muis.

Selain itu juga menggerakkan komunitas seni yang sudah ada harus dijaga eksistensi dan aktivitasnya untuk menjamin keberlangsungan dan keberlanjutan revitalisasi bahasa dan sastra. Lantas dukungan dari pemerintah daerah untuk aktif dan konsisten melakukan perlindungan bahasa daerah.

"Juga bersama pemimpin adat melakukan penyusunan buku berisi konten adat dan tradisi yang dapat dijadikan sebagai referensi bagi generasi muda mempelajari bahasa daerah dan mempublikasikan melalui artikel ilmiah pada jurnal nasional dan internasional," pungkas Muis. (esy/jpnn)

Pelestarian bahasa daerah harus ditingkatkan karena eksistensinya makin melemah, sekarat bahkan hampir punah.


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News