Gaya Lama Cerita Baru

Gaya Lama Cerita Baru
Gaya Lama Cerita Baru

Bahkan, Rhenald bisa menemukan teori baru, teori original, yang belum pernah ada sebelumnya. Sebenarnya per kasus penyelesaian berbagai hal di BUMN ini bisa menghasilnya beberapa teori kontemporer yang sangat bermakna dalam perkembangan ilmu ekonomi modern. Yang berminat mengejar guru besar ekonomi dan gelar doktor, ada banyak tema potensial yang bisa digali dari kinerja Meneg BUMN ini. Saya tidak ingin bercerita tentang buku setebal 349 halaman bersampul foto wajah Dahlan Iskan yang serius itu. Saya rekomendasi untuk membeli, ada di Gramedia, baca dulu deh. Isinya, adalah hal-hal teknis, taktis, dalam membuat keputusan-keputusan strategis.

Dialog, diskusi dengan karyawan, hal-hal yang sangat serius, nilainya material, dampaknya signifikan, tetapi selalu dikemas dengan cara-cara unik, khas seorang jurnalis. Saya bisa merasakan denyut usaha keras, ide-ide besar, terobosan spektakuler, dan ribuan inovasi yang sangat nyata. Dia sukses mentransfer file: ’’kerja.. kerja.. kerja’’ ke pikiran dan hati karyawan PLN. Ya, mungkin belum 100 persen komplet, tetapi itu sudah masuk ke jaringan mereka dengan amat dahsyat.

Indikatornya gampang. Saat saya berdiskusi dengan jajaran direksi baru, Nur Pamudji, yang didampingi direksi lain, M Harry Jaya Pahlawan, Setio Anggoro Dewo, Murtaqi Syamsuddin dan corporate secretary Ida Bagus Mardawa, nadanya masih ’’nyambung.’’ Spiritnya sama: ’’Kerja.. Kerja.. Kerja!’’ Profil komunikasinya juga sama, low profile, tegas, to the point, tidak plintat-plintut, dan misinya membangun PLN yang lebih baik.

’’Kami akan melanjutkan fondasi yang sudah ditanam Pak Dahlan,’’ kata Nur Pamudji yang mantan Direktur Energi Primer PLN itu. Tentu, model kerja yang cepat, kaya variasi, banyak ide, dan selalu mengagetkan itu mirip dengan menangani perusahaan sebelumnya. Dalam kacamata jurnalistik, itu semua menjadi sangat ’’seksi’’. Sebab, belum pernah ada seorang menteri pun, yang nekat pergi tanpa ajudan, tanpa pengawalan, naik KRL sendirian, antre beli karcis, bergelantungan berdesak-desakan dengan penumpang ekonomi, menunggu di stasiun, mencoba toilet di stasiun, makan Soto di warung, naik ojek dan sebangsanya.

Dia orang yang tidak mudah percaya dengan laporan satu pintu. Dia pasti kroscek dengan karyawan atau bawahan. Dia berusaha merasakan sendiri suasana batin perusahaan itu. Di mana soul dan passion-nya bisa terbaca. Dia biasa tidur di tumpukan koran, ikut mobil boks ekspedisi koran sampai agen-agen, tidur di kursi kantor, kolong meja kantor, itu semua dia lakukan untuk menyelami lebih dalam fakta-fakta yang tidak cukup hanya dari laporan pimpinannya.

Ada wartawan senior yang bangga, seperti Ishadi SK, commissioner TransTV, yang dia ungkapkan melalui buku ’’Habis Gelap Terbitlah Terang.’’ Sebagai sesama jurnalis, Ishadi sangat serius mengabadikan momentum Dahlan Iskan membuat PLN yang semula dianggap institusi paling dicemooh, menjadi pabrik setrum yang sangat kredibel dan membanggakan. Tetapi ada juga suara-suara sumbang yang geli juga mendengarnya.

’’Saya kok percaya ketulusan dan keseriusan beliau! Biarin aja orang berkata apa? Yang penting kinerjanya kelihatan, track record-nya jelas, makin maju, makin terasa, dan bermanfaat buat bangsa dan negara! Titik! Nurutin orang sewot, ntar malah bikin sewot,’’ begitu closing statement pemred yang ngerumpi itu. (*)


Berita Selanjutnya:
Sido Mudik Sido Muncul

PEKAN ini, hape saya berkali-kali dikontak kawan-kawan pimpinan media cetak di ibu kota. Ada yang BBM, SMS atau via telepon langsung. Mereka hanya


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News