Geliat Ekonomi usai Lebaran, Terbang Tinggi atau Melandai?

Geliat Ekonomi usai Lebaran, Terbang Tinggi atau Melandai?
Founder IndoSterling Capital William Henley. Foto: Dok Pri

Sampai dengan September 2018, persentase penduduk miskin di perdesaan 13,1 persen atau turun 1,07 persen dibandingkan posisi September 2014.

Akan tetapi, persentase penurunan pada kurun waktu sebelumnya, yaitu 2011-2014 lebih besar, yaitu 2,39 persen dari 16,56 persen ke 14,17 persen.

Oleh karena itu, dibutuhkan kebijakan afirmatif, terutama dari pemerintah daerah demi mengoptimalkan peredaran uang selama periode ini. Salah satu langkah adalah mendorong agar pemudik berinvestasi di sektor UMKM hingga pertanian.

Berikan insentif yang memadai agar mereka tertarik menanamkan modalnya. Banyak peluang yang bisa diciptakan dari kebijakan tersebut.

Di sejumlah daerah, UMKM hingga pertanian, masih menjadi penopang utama. Tenaga kerja yang terserap pun tidaklah sedikit.

Apabila ada peningkatan investasi, maka muara dari itu semua adalah peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat sehingga kemiskinan pun menurun.

Dalam jangka panjang, pemerataan ekonomi dapat diupayakan melalui pemindahan ibu kota. Seperti diketahui, Presiden Jokowi telah setuju agar ibu kota RI dipindahkan dari Jakarta ke luar Pulau Jawa. Salah satu tujuan adalah Pulau Kalimantan.

Apabila rencana itu terealisasi, pemerataan ekonomi dapat terjadi. Tidaklah sulit menjelaskan fenomena ini. Tahun lalu, BPS mencatat PDB Indonesia mencapai Rp 14.837,4 triliun.

Idulfitri telah lewat. Sebagaimana umumnya ritual Lebaran, kali ini antrean berjamaah terjadi pada arus balik yang mencapai puncaknya pada Minggu (9/6) malam.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News