Glodok Chinatown: Simbol Keharmonisan dalam Komunikasi Antarbudaya

"Saya selalu merasa diterima di sini, meskipun saya bukan dari komunitas Tionghoa," ujar Rini, seorang warga asli Betawi yang kerap mengunjungi Glodok.
Pasar Petak Sembilan ini menjadi destinasi kuliner bagi wisatawan dan masyarakat setempat.
Selain beragam kulinernya, Pasar Petak Sembilan juga terdapat ruko-roko yang menjual berbagai obat-obatan tradisional khas Tionghoa dan Busana khas Tionghoa seperti cheongsam.
Banyak pedagang menggunakan bahasa Indonesia, dialek Tionghoa, atau bahkan bahasa Inggris untuk melayani pembeli dari berbagai latar belakang. Pola komunikasi ini mencerminkan bagaimana budaya Glodok telah beradaptasi dengan keberagaman pengunjungnya, sekaligus menunjukkan kemampuan masyarakat Glodok untuk menjadi jembatan budaya tanpa kehilangan identitas asli mereka.
Glodok menghadapi tantangan modernisasi yang mengancam kelestarian tradisi, terutama di kalangan generasi muda. Namun, melalui inisiatif edukasi dan kerja sama berbagai pihak, kawasan ini terus berupaya melestarikan budaya Tionghoa dan membangun harmoni budaya di Indonesia.
Sebagai simbol simbiosis budaya, Glodok menunjukkan bahwa keberagaman adalah kekayaan yang harus dirawat bersama.
Komunikasi antarbudaya yang terjalin di kawasan ini mengajarkan pentingnya toleransi dan keterbukaan dalam menciptakan keharmonisan di tengah dinamika kehidupan modern. (jpnn)
Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana melakukan kunjungan ke Glodok Chinatown, Jakarta.
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti
- Mahasiswa Merusuh saat May Day, Buruh Demak Dukung Polisi Bertindak
- Kelompok Anarko Dalang Kerusuhan Hari Buruh di Semarang, 6 Mahasiswa Jadi Tersangka
- Tersangka Kerusuhan May Day Semarang Terancam 7 Tahun Penjara
- LSM dan Mahasiswa Dinilai Berperan Penting sebagai Penyeimbang Kekuasaan
- Beban Ekonomi Makin Berat, Masyarakat Rela Mengantre demi Beras Gratis di Kampus UBK
- Tarif Trans Semarang Rp 0, Pelajar dan Mahasiswa Tinggal Naik