Gross Split Turunkan Minat Eksplorasi Migas
Sebab, kontraktor mengutamakan efisiensi biaya dan menggenjot produksi agar memperoleh revenue jika dibandingkan dengan berinvestasi untuk eksplorasi.
Kelemahan lain adalah peluang melesetnya target produksi dari enhanced oil recovery 2,5 miliar barel di reservoir.
Selain itu juga kesulitan dalam pengembangan lapangan migas marginal lantaran investasi besar dan tingkat pengembalian investasi (IRR) yang kecil.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Kementerian ESDM wajib membuat syarat dan ketentuan demi mengamankan ketahanan energi.
Di antaranya, gross split hanya diterapkan pada blok migas produktif yang akan habis kontrak dan blok migas yang potensi migasnya telah diketahui pasti.
Kewajiban manajemen cadangan juga dibutuhkan agar terjadi keberlanjutan produksi sesuai dengan rate yang ditetapkan pemerintah.
’’Jadi, tidak terjadi peak production secara cepat dan penurunan level produksi secara drastis dengan menggenjot produksi pada awal masa kontrak,’’ terang Andang.
Gross split juga harus bersifat regresif sehingga ada insentif bila harga minyak dunia di bawah baseline price dan ada windfall profit untuk pemerintah jika harga migas dunia melonjak tajam. (dee/c14/noe)
JPNN.com – Perubahan skema bagi hasil migas dari cost recovery menjadi gross split dinilai mampu memecah kebuntuan pengembangan minyak dan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Kemudahan Akses Lahan & Perizinan Hulu Migas Bisa Mendukung Ketahanan Energi
- Dirut Pertamina Beberkan Strategi Jaga Ketahanan Energi dan Kelestarian Lingkungan
- Dirut Pertamina Paparkan Strategi Pertumbuhan Ganda Penuhi Energi Nasional di Forum CERAWeek
- Menang Lelang, Pertamina Bersama Mitra Resmi Kelola Blok Migas SK510 di Malaysia
- Pertamina EP Berhasil Temukan 2 Sumber Migas Baru, Ini Lokasinya
- Di Forum Sinopec, Dirut Pertamina Sampaikan Keamanan Energi Prioritas Utama Indonesia