Gunung Garam

Gunung Garam
Dahlan Iskan di Gunung Garam, Pakistan. Foto: disway

Di bagian-bagian tertentu di dalam terowongan itu dibuat bangunan. Terutama di bagian terowongan yang melebar. Yang sudah dikeruk batu garamnya. Misalnya dibangun poliklinik kecil. Bangunan itu semua dindingnya terbuat dari bata garam.

Saya tidak bisa membedakan kerasnya batu garam ini dengan batu gunung terbaik dari Palu. Keras sekali. Hanya saja warnanya agak bening.

Ketika di balik dinding itu diberi cahaya, warna dindingnya menjadi eksotik. Sesuai dengan warna cahaya di dalamnya.

Saya dibawa masuk lorong lebih dalam. Lorong itu ada pintu gerbangnya. Dikunci. Tidak semua wisatawan dibolehkan masuk.

Itulah lorong yang disebut Crystal Palace. Yang sudah dilengkapi tata cahaya. Dan memang seperti istana kristal.

Dinding-dinding terowongannya gemerlapan. Seperti berlian terkena cahaya. Itulah kristal batu garam. Saking kerasnya batu garam di bagian itu. Dan hanya di bagian ini.

Banyak juga kolam-kolam besar di dalam terowongan ini. Ada yang dalamnya sampai 27 meter. Itulah bekas galian untuk diambil batu garamnya.

Tidak takutkah terowongan itu runtuh? Saya terkubur di dalamnya? Sama sekali tidak. Gunung ini batunya keras sekali. Eh, garamnya keras sekali.

Saya diminta menjilat dinding bata itu. Benar saja. Dinding itu asin. Maka tidaklah berlaku pepatah itu di sini: asam di gunung, garam di laut...

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News