Gunung Nuh

Oleh Dahlan Iskan

Gunung Nuh
Dahlan Iskan dan M Nuh. Foto: disway.id

Harus dievaluasi seberapa banyak anak didik kehilangan capaian di tiga bidang itu. Agar setelah pandemi nanti kehilangan itu harus ditebus.

Sebenarnya Pak Nuh itu 'hanya' sejak kecil sampai lulus SD sekolah di madrasah. Yang seusai sekolah masih belajar agama di pondok.

Setelah itu Pak Nuh sekolah SMP Wachid Hasyim dan SMAN 9 Surabaya. Masih ke sekolah umum: ITS. Masuk ke teknik elektro. Jurusan sistem kontrol. Pun S-2 dan S-3 di Prancis. Bidangnya biomedik.

Namun soal penguasaan agama Islam setingkat ulama. Maka Pak Nuh itu komplet. Ulama yang teknokrat. Dan teknokrat yang ulama.

Ketika menjadi rektor ITS keteknokratannya sangat terlihat. Itulah sebabnya beliau langsung diangkat menjadi menteri Kominfo. Lalu ke portofilio yang lebih besar: Mendiknas.

Dan setelah itu pun tetap menonjol keteknokratannya. Yakni ketika diserahi memimpin rumah sakit Islam di Surabaya. Yang lantas diikuti dengan berdirinya Universitas Nahdlatul Ulama di sebelahnya. Lengkap dengan fakultas kedokteran.

Maka inilah fakultas kedokteran swasta satu-satunya di Jatim yang punya teaching hospital sendiri.

Maka tidak heran kalau banyak yang menghendaki orang seperti Pak Nuh bisa menjadi ketua umum PB NU. Mumpung NU lagi mau muktamar.

Pak Nuh sangat setuju dengan sekolah online di masa pandemi ini. Hanya saja kok kita gedandapan. Terkaget-kaget.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News