Gunung Sanghyang, Kisah Soekarno dan Doa Mulia Hasto

Gunung Sanghyang, Kisah Soekarno dan Doa Mulia Hasto
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto bersama tokoh adat Bali, Sulinggih Cri Bhagawan Putra Natha Nawa Wangsa Pemayun di Gunung Sanghyang, Bali (31/12). Foto: Fatan Sinaga/JPNN

"Ini bukan pertama kali ke sini. Ini kali ketiga," tutur Hasto. Saat pertama ke gunung ini, Hasto juga merasa tidak sanggup mendaki. Namun, tekad dan semangatnya kuat sehingga bisa mencapai puncak.

Untuk menyemangati para pendaki lainnya, Hasto memekikkan kata merdeka. Di samping itu, Hasto juga menceritakan perjuangan Presiden Pertama RI Soekarno di pengasingan dan PDI Perjuangan saat di luar pemerintahan.

Bahwa apa yang mereka lewati hari ini, belum seberapa sakitnya dengan perjuangan Bapak Pendiri Bangsa dan partainya.

"Merdekaaaaaa!" teriak Hasto memecah kesunyian Gunung Sanghyang.

Saat sang mentari kembali beradu di ufuk barat tepat pukul 18:00, Hasto tiba 30 meter di bawah puncak Gunung Sanghyang.

Bersama rombongan pertama, Hasto langsung masuk ke dalam gubuk dengan Ratu. Mereka menikmati kopi menunggu yang lain datang.

Bagi Hasto, mendaki adalah proses melawan emosi. Kemudian, sebagai bahan refleksi untuk mengenal diri dan alam.

Ratu sempat menyinggung Hasto adalah satu-satunya politikus yang konsisten. Meski sudah menduduki jabatan strategis di PDI Perjuangan, Hasto tidak jemawa.

Bencana-bencana alam yang selama ini menguji Indonesia diharapkan berganti menjadi berkah pada 2019.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News