Guru Honorer, Pahlawan Tanpa Tanda Sejahtera

Guru Honorer, Pahlawan Tanpa Tanda Sejahtera
Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

Sembari berharap ada pengangkatan PNS bagi guru dengan status seperti dirinya. "Saya harap ada peningkatan dari segi kesejahteraan," harapnya.

Guru Bimbingan Konseling (BK) SMA Negeri 1 Semarang, Tulus Wardoyo, mengaku saat ini sebagian besar GTT hampir memenuhi syarat jam pelajaran.

Suami dari Hanif Eka Setiani ini mengakui biaya hidup memang besar, sementara penghasilannya sebagai GTT sangat minim.

Tak heran, ia dan kebanyakan GTT lain memiliki pekerjaan sambilan, seperti emmberikan les privat, berjualan dan berbagai kerja sambilan lainnya.

"Kalau hanya mengandalkan gaji tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Saat ini, gaji yang saya terima standar UMK+10 persen," jelas Tulus Wardoyo kepada Jawa Pos Radar Semarang, Jumat (24/11).

Di luar itu, GTT tidak mendapat tunjangan, kecuali THR. Namun semuanya kembali pada kebijakan masing-masing sekolah.

Mantan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMP 10 November 1 Semarang ini mengaku bersedia mengajar sekalipun gaji sedikit, karena panggilan hati. Selain itu, passion-nya adalah pendidik.

Berbeda lagi dengan Guru SMP Muhammadiyah 1 Semarang, Vida Kharisma. Ia mengaku tetap bertahan mengajar meski honor yang diterimanya jauh di bawah UMR.

Dalam seminggu, Linda yang guru honorer mengajar selama 24 jam. Gaji yang diterima dari dana BOS hanya Rp 450 ribu per bulan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News