Gus Yahya: Pancasila Adalah Sari Pati Kekayaan Indonesia

Gus Yahya: Pancasila Adalah Sari Pati Kekayaan Indonesia
Yahya Cholil Staquf dilantik sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), di Istana Negara, Jakarta, Kamis (31/5). Foto: Fathra/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Dewan Pertimbangan Presiden KH Yahya Cholil Staquf menilai, selama 50 tahun terakhir perjalanan bangsa, berbagai ikhtiar dan strategi yang dikembangkan untuk memecahkan masalah bangsa lebih banyak terkungkung pada perspektif yang terbatas pada konteks domestik.

Menurut pria yang karib disapa Gus Yahya itu, kalaupun ada pertimbangan atau langkah yang terkait dengan dinamika internasional, lebih banyak bersifat pragmatis dan sempit di seputar aspek teknis dari permasalahan yang ditangani.

Karena itu, perlu dibangkitkan kesadaran bahwa Indonesia memiliki gudang raksasa kekayaan peradaban yang diwariskan nenek moyang.

"Presiden pertama Sukarno senantiasa menggaungkan bahwa Pancasila adalah sari pati kekayaan yang digali dari bumi pertiwi. Di saat yang sama dia juga tak kenal lelah menyeru kepada dunia agar menengok Pancasila sebagai persembahan bangsa Indonesia bagi peradaban dunia," kata Khatib Aam PBNU ini. 

Dia menambahkan, Presiden Keempat Indonesia Abdurrahman Wahid pun berjuang sekuat tenaga menghadirkan Indonesia dalam kancah pergaulan internasional dengan identitas dan karakter Pancasila.

Gus Yahya mengatakan, di tengah kemelut bangsa yang diwarnai berbagai perbenturan antaridentitas dan antarperadaban, visi para pendiri bangsa adalah wawasan yang sangat dibutuhkan dunia.

"Hanya kita, bangsa dalam naungan NKRI yang memiliki warisan visi dan cita-cita agung yang secara gamblang dijabarkan dan secara tegas dikukuhkan sebagai konsensus bangsa seperti itu. Tidak ada yang lain," ujar anggota Watimpres itu. 

Gus Yahya berharap kesadaran seluruh anak bangsa, terutama para pemimpin, harus terus ditingkatkan.

ikhtiar dan strategi yang dikembangkan untuk memecahkan masalah bangsa lebih banyak terkungkung pada perspektif yang terbatas pada konteks domestik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News