Hadapi Krisis Global, DPR Usulkan Diversifikasi Ekspor

Hadapi Krisis Global, DPR Usulkan Diversifikasi Ekspor
Hadapi Krisis Global, DPR Usulkan Diversifikasi Ekspor
JAKARTA - Proses pemulihan krisis utang yang melanda Eropa diperkirakan membutuhkan waktu panjang. Kondisi seperti ini harusnya mendorong Indonesia untuk segera melakukan diversifikasi ekspor. “Caranya, mencari negara-negara tujuan ekspor lain di luar Eropa. Bahkan kalau perlu yang tak terkena dampak krisis Eropa,” kata anggota Komisi XI DPR dari Fraksi Hanura, Abdilla Fauzi kepada wartawan di Jakarta, Senin (28/11).

Menurut Fauzi, dengan laju pertumbuhan hanya 1 hingga 2 persen per tahun, maka Eropa diperkirakan butuh waktu 10 tahun untuk bangkit. Apalagi Eropa juga diharuskan mengetatkan kebijakan fiskal. “Artinya, pertumbuhan ekonomi Eropa akan tertekan pada tahun-tahun mendatang. Sehingga penurunan daya beli tak terelakkan. Karena itu harus dicari pasar lain untuk ekspor produk-produk nasional,” tegasnya.

Saat ini, lanjut Fauzi, ekspor non-migas Indonesia ke beberapa negara Eropa mencapai 12 persen dari total ekspor non-migas. Ini setara dengan ekspor ke Jepang dan lebih besar dari ekspor ke China dan Amerika Serikat yang sebesar 10 persen. Jepang, Eropa, China, dan Amerika Serikat menjadi tempat kawasan tujuan ekspor non-migas terbesar Indonesia yaitu sebesar 45 persen, diikuti India, Singapura, Malaysia, dan Korea. Mestinya, pasar ke Rusia dan Amerika Latin perlu dibuka.

Fauzi mengatakan, penurunan daya beli Eropa yang merupakan pasar ekspor terbesar China akan membuat negara tersebut mencari pasar baru. Ujung-ujungnya mengancam barang-barang ekspor Indonesia di luar negeri dan dalam negeri. Lambatnya pemulihan Eropa juga dikhawatirkan mengganggu pemulihan Amerika Serikat yang merupakan pasar penting juga bagi Indonesia dan China. Karena itulah diversifikasi menjadi penting. "Intinya, jangan  melulu memprioritaskan stabilitas pasar uang, tapi juga menjangkarkan perhatian pada penguatan ekonomi domestik."

JAKARTA - Proses pemulihan krisis utang yang melanda Eropa diperkirakan membutuhkan waktu panjang. Kondisi seperti ini harusnya mendorong Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News