Harga Stagnan, Petani Tak Raup Keuntungan

Harga Stagnan, Petani Tak Raup Keuntungan
Harga Stagnan, Petani Tak Raup Keuntungan
Karena itu, dia berharap kebijakan impor ke depan disertai dengan pengawasan. Terutama komitmen untuk melindungi petani. "Seperti kebijakan Tanjung Perak sebagai pintu masuk impor hortikultura, kami harapkan itu ada kejelasan pasar produk impor yang masuk. Karena kalau produksi bawang merah Jatim, itu mencukupi untuk pasar lokal jatim maupun dikirim ke luar daerah termasuk luar Jawa. Dengan demikian jangan sampai membanjiri pasar kami," ujar dia.

Selain itu, menurut dia, pengembangan kawasan untuk bawang merah mendorong naiknya produksi, tapi itu juga berimbas negatif pada harga. Selama ini sentra produksi terbesar berada di Nganjuk dan Probolinggo. Di Nganjuk, luas lahan mencapai 6.000 hektar dengan produktivitas mencapai 14 ton per hektar. Sedangkan, pengembangan kawasan itu seperti di Ngawi dan Ponorogo dengan luas sekitar ratusan hektar.

"Seharusnya, pengembangan kawasan juga diikuti dengan tata niaga yang mendukung, sehingga harga di pasaran tidak memberatkan petani. Bagi kami harga ideal untuk bawang merah sekitar Rp 7.000 per kg di tingkat petani," katanya.

Dalam catatan Dinas Pertanian Jatim, luas panen untuk bawang merah mencapai 20.940 hektar dengan produksi mencapai 198.387 ton. Kontribusi produksi bawang merah Jatim terhadap nasional sebesar 28,1 persen. (res)

SURABAYA-Harga bawang merah cenderung stagnan. Saat ini tercatat harga bawang merah Rp 4.000 per kg di tingkat petani. Padahal, kalau menurut tren


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News