Hari Hemofilia Sedunia: Pentingnya Pencegahan dan Penanganan Gangguan Darah

Hari Hemofilia Sedunia: Pentingnya Pencegahan dan Penanganan Gangguan Darah
Hari Hemofilia Sedunia: Pentingnya Pencegahan dan Penanganan Gangguan Darah. Foto: Antara/Dwi Agus Setiawan/EI/Koz/mes/aa.

jpnn.com, JAKARTA - Setiap 17 April diperingati Hari Hemofilia Sedunia sebagai momen untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang hemofilia dan gangguan perdarahan.

Hemofilia merupakan kelainan perdarahan langka bersifat genetik yang ditandai dengan kekurangan faktor pembekuan dalam darah.

Penanganan kasus hemofilia di Indonesia saat ini masih menghadapi berbagai tantangan.

Studi pada 2021, menemukan bahwa jumlah pasien hemofilia di Indonesia seharusnya telah mencapai 27.636 kasus, tetapi hanya 2.425 pasien atau kurang dari 10 persen yang terdiagnosa sebagai hemofilia A dan mendapatkan perawatan.

Selain itu, data BPJS Kesehatan 2020 menunjukkan hemofilia menduduki peringkat keenam penyakit yang paling banyak memakan anggaran Dana Jaminan Sosial (DJS).

Dokter spesialis anak konsultan hematologi onkologi Novie Amelia Chozie mengatakan ada empat tantangan utama yang dihadapi dalam penyediaan perawatan hemofilia di Indonesia.

Pertama, kurangnya kesadaran masyarakat mengenai hemofilia, kedua, kurangnya fasilitas laboratorium untuk uji inhibitor faktor.

"Ketiga, kurangnya ahli hemofilia dan tim komprehensif multidisiplin; dan keempat, keterbatasan pembiayaan BPJS untuk tata laksana," kata Novie dalam keterangan tertulis, Senin (17/4).

Hari Hemofilia Sedunia menjadi momen untuk mengingatkan pentingnya pencegahan dan penanganan gangguan darah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News