Herman Efendi Sudarsono, PNS Merangkap Pengusaha Kuliner dan Pembalap

Buka Usaha Angkringan demi Biayai Drag Race

Herman Efendi Sudarsono, PNS Merangkap Pengusaha Kuliner dan Pembalap
Herman bersama mobil balapnya di sebuah bengkel di Keputih. Foto: Juneka Subaihul/Jawa Pos

Sebelumnya, pada April tahun yang sama, dia menduduki peringkat ketiga pada sebuah ajang drag race di Gunung Kidul, Jogjakarta. ”Biasanya sih bisa melaju 0–200 km itu dalam waktu 8,9 detik,” ujar Herman sambil mengelap kaca mobil yang terlihat sedikit kotor.

Herman bercerita, dirinya memulai karir balap dari bawah. Dia pernah menjadi ofisial yang kerjanya hanya mendorong mobil atau mengganti ban. Dia melakoni aktivitas semacam itu pada 2004 atau sepuluh tahun lalu. ”Istilahnya jadi pesuruh lah. Tapi, saya jalani dengan ikhlas,” tutur alumnus SMAN 11 Surabaya itu.

Memiliki mobil sendiri dengan mesin yang bisa melaju kencang adalah mimpi yang selalu meneror Herman. Dia sangat ingin memiliki mobil dan melaju di lintasan lurus dengan kecepatan penuh. Bagi Herman, itu adalah momen yang sangat pribadi sekaligus spesial. Dia bisa mengenali diri dan mengendalikan emosinya pada saat mengejar top speed. ”Adrenalin memang terpacu, tapi tetap harus konsentrasi,” tambahnya.

Keinginan untuk memiliki mobil sekaligus memodifikasinya itu mendapat jalan terang. Herman meminjam uang di bank untuk modal usaha. Dalam benaknya, tentu hampir tidak mungkin hanya mengandalkan pemasukan dari gaji PNS bila tetap ingin menekuni dunia balap.

Pada September 2013, dia bersama ibunya, Hartutik, merintis usaha angkringan Jacira di Taman Apsari, Jalan Gubernur Suryo. Jacira itu merupakan akronim dari Jawa, China, dan Arab. Nama tersebut sengaja dipilih karena angkringannya menyajikan menu dari tiga negara itu.

Unsur Jawa diwakili dengan konsep angkringan yang khas Jogjakarta. Makanannya mulai sego kucing yang dibungkus daun berporsi sekepal tangan anak kecil hingga wedang uwuh. Unsur China yang kini lazim disebut Tiongkok diwakili dengan bacang ayam.

Sementara itu, untuk yang khas Arab, dia menyediakan shisha. ”Kenapa angkringan? Karena dulu saya pernah tinggal di Jogjakarta selama dua tahun setelah lulus sekolah,” ujar dia.

Herman menjelaskan, usaha kuliner itu memang tidak dikelolanya secara langsung. Herman menyerahkannya kepada sang ibu. Dia hanya mengatur manajemen dan keuangan dari jauh. Bila sedang ada tugas ke Surabaya atau liburan, hampir pasti Herman selalu berada di angkringan. ”Sekarang sudah ada 16 pekerja. Lumayan bisa bantu orang lain juga,” ungkapnya.

Usianya baru 28 tahun. Tapi, Herman Sudarsono punya tiga titel sekaligus. Yakni, PNS, pengusaha kuliner, dan pembalap. Semua bisa dijalaninya dengan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News