I AM NOT A VIRUS: Perlawanan 4 Seniman Indonesia terhadap Rasisme di Australia
Seminggu kemudian, Jayanto menerima lampu hijau untuk mengeksekusi proyeknya.
Karya seni ini dinamakannya "No Friend's But The Ghost (Ceng Beng)", hasil refleksi identitas diri Jayanto sebagai seorang warga keturunan Tionghua dan Batak-Melayu.
Terbuat dari keramik, menurutnya produk ini lebih beriorientasi pada proses dibanding hasil akhir.
"Proses dari keramik mengingatkan [saya pada] masa lalu, ketika ibu membawa persembahan untuk Babe," kenang Jayanto akan ayahnya yang meninggal ketika usianya baru lima tahun.
Menurutnya, proses pembentukan keramik dalam karya seni ini melambangkan perlakuan terhadap kelompok minoritas, baik di Indonesia ataupun Australia.
"[Keramik] dari yang lembut, dibakar, dikeringkan, dibakar, dan dikasih warna," katanya.
"Minoritas selalu ditekan, dipermasalahkan sama mayoritas. Ke mana saja kamu pergi, pasti ditekan."
Jayanto berusaha membahas masalah dan menyampaikan pesan secara halus, yakni melalui sentuhan warna pada makanan yang dipersembahkan dalam ziarah makam orang terkasih (Ceng Beng).
Dari masker yang menjadi pakaian hingga makanan yang terbuat dari keramik, empat seniman berdarah Indonesia di Australia menyuarakan pikiran mereka dalam proyek
- Pengakuan Jujur Pelatih Australia Soal Ernando Ari
- Penyesalan Pelatih Australia Seusai Takluk dari Timnas U-23 Indonesia
- Ernando Ari Bongkar Resep Jitu Timnas U-23 Indonesia Kalahkan Australia
- Timnas U-23 Indonesia Bungkam Australia, Marselino Ferdinan Puji Sosok Ini
- Timnas U-23 Indonesia Menang, Terungkap Instruksi STY Sebelum Pertandingan
- Warga Dievakuasi untuk Menghindari Letusan Gunung Ruang