I AM NOT A VIRUS: Perlawanan 4 Seniman Indonesia terhadap Rasisme di Australia

Seminggu kemudian, Jayanto menerima lampu hijau untuk mengeksekusi proyeknya.
Karya seni ini dinamakannya "No Friend's But The Ghost (Ceng Beng)", hasil refleksi identitas diri Jayanto sebagai seorang warga keturunan Tionghua dan Batak-Melayu.
Terbuat dari keramik, menurutnya produk ini lebih beriorientasi pada proses dibanding hasil akhir.
"Proses dari keramik mengingatkan [saya pada] masa lalu, ketika ibu membawa persembahan untuk Babe," kenang Jayanto akan ayahnya yang meninggal ketika usianya baru lima tahun.
Menurutnya, proses pembentukan keramik dalam karya seni ini melambangkan perlakuan terhadap kelompok minoritas, baik di Indonesia ataupun Australia.
"[Keramik] dari yang lembut, dibakar, dikeringkan, dibakar, dan dikasih warna," katanya.
"Minoritas selalu ditekan, dipermasalahkan sama mayoritas. Ke mana saja kamu pergi, pasti ditekan."
Jayanto berusaha membahas masalah dan menyampaikan pesan secara halus, yakni melalui sentuhan warna pada makanan yang dipersembahkan dalam ziarah makam orang terkasih (Ceng Beng).
Dari masker yang menjadi pakaian hingga makanan yang terbuat dari keramik, empat seniman berdarah Indonesia di Australia menyuarakan pikiran mereka dalam proyek
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Dunia Hari Ini: PM Terpilih Kanada Minta Waspadai Ancaman AS
- Macron Tegaskan Tak Ada Tempat untuk Kebencian dan Rasisme di Prancis
- Dunia Hari Ini: Sebuah Mobil Tabrak Festival di Kanada, 11 Orang Tewas