Ibarat Neraca, Seimbang di Kiri dan Kanan

Ibarat Neraca, Seimbang di Kiri dan Kanan
Ibarat Neraca, Seimbang di Kiri dan Kanan
LAMA tas saya diperiksa polisi-polisi berkumis saat hendak masuk ke Hotel Taj Mahal, Mumbai. Agak cermat mereka membongkar-bongkar bawaan saya. Tapi saya tidak terlalu peduli dengan penggeledahan itu, toh saya juga hanya bawa laptop, kamera, HP, kabel-kabel, dan kertas. Saya justru tertarik pada penampilan polisi-polisi, hampir semuanya berkumis. Saya coba tengok ke bawah, siapa tahu sepatunya didesain seperti Abu Nawas, lancip dan jumping di bagian ujungnya? Aha, ternyata tidak! Berarti kesimpulan saya, ini petugas beneran. Bukan petugas concierge hotel bintang lima gold star, yang kerap mendandani front liner-nya dengan dandanan khas India. Bangunan heritage berarsitektur klasik peninggalan sejarah yang dibangun sejak 1903 itu memang makin ketat, sejak peristiwa berdarah 26 November 2008 lalu.

Antrean cukup panjang, tetapi mereka tak begitu hirau. Sepertinya, alasan security lebih dominan daripada kepentingan marketing dan public relations. Menjadi sasaran bom oleh teroris yang membuat 167 orang tewas memang menjadi catatan khusus. Apalagi mereka harus merenovasi selama 12 bulan dengan biaya USD 108,5 Miliar? Menyisakan kengerian jika hotel bersejarah itu kecolongan oleh bomber lagi. Masih ingat? Saat itu ada lima spa therapist asal Bali yang sempat terjebak di sana, dan menjadi berita hangat di Indonesia. Ada 450 manusia yang sedang berada di hotel yang persis berdekatan dengan objek foto-foto paling favourit di sana, Gateway of Mumbai itu. Mungkin trauma itulah yang membuat semua hotel bintang 4 dan 5, malmal, institusi publik, dijaga ketat oleh ”Inspektur Vijai” plesetan populer untuk menyebut polisi India, seperti dalam film-film Bollywood. Kewaspadaan itu masuk akal. Potensi ”konslet” atau konflik masih cukup mengkhawatirkan, karena perbedaan antara orang kaya dan miskin masih sangat tajam di sana.

Gesekan kepentingan itu bisa bersebab, dari apa saja. Delapan bulan setelah dibom, Hillary Clinton sempat datang dan menginap ke hotel legendaris itu. Foto-foto dokumentasi Hillary sekarang masih dipasang di koridor yang menyambungkan bangunan lama dengan baru. Dia ingin mengirimkan sebuah pesan, bahwa istri mantan presiden AS itu menaruh simpati dan rasa duka yang dalam atas korban ledakan yang tidak bertanggung jawab tersebut. Makanan di hotel yang dirancang oleh arsitektur India, Sitaram Khanderao Vaidya, Ashok Kumar and D. N. Mirza itu cocok dengan lidah saya. Meskipun rasanya lari-lari ke utara dan selatan, tapi masih bisa masuk di selera orang Indonesia. Duduk di sofa yang lebar-lebar, lobi yang luas, dan aroma therapi yang khas, tidak terasa kalau di luar gedung itu begitu banyak peminta-minta dengan segala model kreativitasnya. Sebuah suasana yang amat kontras. Satu sisi orang kaya, di sisi lain orang yang sangat tak punya. Saya teringat katakata Irwan Hidayat, Bos PT Sidomuncul, yang tiba-tiba nyantol di benak saya.

Mengatur orang yang sangat miskin itu sama repotnya dengan mengatur orang yang sangat kaya. Yang satu cenderung nekat untuk mempertahankan hidup, sehingga sulit diatur. Yang satu cenderung cuek, samasama tidak bisa diatur, karena dianggap sebagai gaya hidup baru atau cara menikmati hidup. Negara yang masih didominasi penduduk miskin, kata Irwan sudah bisa ditebak konstruksi sosial politiknya. Pertama, kelompok kanan atau fundamentalis beraliran kanan, pasti menguat dan mengakar. Kelompok ini hidup susah, miskin, dan putus asa. Mereka sangat yakin, hanya Tuhan Yang Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Membantu yang bisa melepas lilitan problematika hidup mereka. Mereka adalah agamis-agamis yang dipaksa oleh keadaan. Maka, pemimpinpemimpin agama akan mendapatkan tempat di mata rakyat. Mereka pun membangun keyakinan, bahwa hanya kekuasaan Tuhan yang bisa membuat kehidupan sosial, politik, ekonomi mereka tetap bertahan. Aliran kedua adalah Kelompok kiri yang bergerak di ideologi dan politik.

LAMA tas saya diperiksa polisi-polisi berkumis saat hendak masuk ke Hotel Taj Mahal, Mumbai. Agak cermat mereka membongkar-bongkar bawaan saya. Tapi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News