Idul Fitri dan Pesan Kesalehan Sosial

Idul Fitri dan Pesan Kesalehan Sosial
Idul Fitri dan Pesan Kesalehan Sosial
Sungguh nilai-nilai dan nuansa takwa tersebut telah terlihat nyata dalam suasana dan fenomena sebulan sepanjang  ramadhan, betapa hubungan antar sesama sangat harmonis dan damai dalam ikatan persaudaraan dan rasa senasib sepenanggungan, yang mengaktual  dalam berbagai amal kesalehan sosial, dan terwujud dalam pergaulan penuh keramahan dan kesantunan yang sangat bermoral.

Maka Idul Fitri adalah momentum untuk menyambut dan mensyukuri kemanangan meraih ketakwaan sekaligus titik awal dari sebuat tekad perjuangan mempertahankan dan mengaplikasikan nilai-nilai ketakwaan tersebut dalam kehidupan yang tersisa menjelang ramadhan tahun depan tiba. Dalam konteks inilah harus dipahami, betapa keabsahan ibadah puasa ramadhan tergantung kepada  kesalehan sosial yang harus dilaksanakan sebelum shalat sunat Idul Fitri dilakukan, yakni  menunaikan zakat fitrah yang menjadi kewajiban individual bagi setiap insan beriman. Dalam konteks ini pula, muslimin dan muslimat memanfaatkan momentum Idul Fitri untuk saling bersilaturrahim, saling berkunjung antar  sanak dan handaitaulan, serta saling memaafkan atas segala kesalahan yang pernah dilakukan.

Sungguh suatu fakta yang nyata di dalam kehidupan, bahwa di setiap komunitas atau masyarakat manusia pasti ada kaum kaya dan kaum dhu`afa, mereka adalah  kaum fakir miskin, anak yatim, dan kelompok ekonomi lemah lainnya. Demikian pula, kehidupan keseharian  penuh persaingan dan perebutan kepentingan yang sering berujung pada retaknya hubungan pertemanan dan putusnya hubungan silaturrahim atau persaudaraan.

Kalau selama ramadhan, berkat berbagai amal kesalehan sosial telah berhasil membuat kaum dhu`afa bisa ikut tersenyum bahagia, apakah setalah ramadhan dan Idul Fitri mereka harus kembali menangis dalam himpitan beban ekonomi? Demikian pula, kalau selama ramadhan dan pada momentum Idul Fitri kita telah berhasil membangun silaturrahim dan ikhlas saling memaafkan dan akrab berkawan tanpa dendam kemarahan dan nafsu persaingan, apakah kemudian kita akan kembali bertikai berebut kepentingan saling menjatuhkan bahkan membunuh karakter kawan? Andai fenomena ini akan terjadi, maka keabsahan ibadah puasa ramadhan dan ketakwaan yang telah didapatkan patut dipertanyakan, dan semangat kesalehan dan keharmonisan sosial bersama semangat Idul Fitri menjadi tidak berarti lagi.

TIDAK terasa waktu begitu cepat berlalu, dan hari silih berganti  menjadi minggu,  dan ramadhan 1433 H pun berakhir   dengan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News