Iming-imingnya Selembar Lima Puluh Ribuan

Iming-imingnya Selembar Lima Puluh Ribuan
Iming-imingnya Selembar Lima Puluh Ribuan
Sementara itu, Made-sebut saja begitu, pria asal Tabanan yang lama jadi anak pantai di Kuta terkait fenomena ini menyatakan warga lokal tidak suka disebut gigolo. Memang tujuan mereka bukan mencari uang, untuk kekayaan. " Just for fun lebih tepat. Setahu saya, sampai sekarang begitu, petualangan lelaki lah," sebutnya. Sebutnya lebih jauh, di era 1970-an, era flower generation dugaan praktik "gigolo" ditengarai ada. Ini fenomena dari Kuta hingga Ubud. Namun demikian, ini semua kembali ke itikadnya, hanya hanya senang-senang saja. Versi Made, mereka bisa disebut playboy. "Tapi sekarang. Banyak anak pantai dari luar datang ke Kuta. Tujuan mereka, ke arah jadi gigolo. Karena di Kuta memang potensi, " jelasnya.

Potensi yang dimaksud adalah pelancong yang datang selain berlibur, ada juga yang pelesiran untuk memuaskan petualangan seksual mereka. Ini sulit dideteksi. "Memang yang idem,  terlihat dekil disukai orang asing, itu sensual," imbuhnya, di akhir pembicaraan.(*)

Film Cowboys in Paradise film besutan Amit Virmani, sutradara asal Singapura, memang membuat heboh dinilai berpotensi merusak citra pariwisata pulau


Redaktur & Reporter : Auri Jaya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News