Ingat Anas, Shangrila dan Lijiang

Oleh Dahlan Iskan

Ingat Anas, Shangrila dan Lijiang
Dahlan Iskan.

Pemda, kata Anas, memberikan pelatihan. Bagaimana model kamarnya. Tempat tidurnya. Toiletnya. Dan terutama: bagaimana cara tersenyum.

Bagaimana kalau tamu home stay itu orang asing?

Soal bahasa tentu masalah. Tapi ada pelatihan sederhana. Untuk bahasa Inggris. Yang terkait dengan keperluan kamar. Ada juga pemandu wisata. Yang bisa diminta.

“Turis asing itu justru tidak sulit. Sangat mandiri,” katanya.

Yang penting kita ramah. Bersih. Apa adanya.

Apalagi soal sarapan. Breakfast. Cukup kopi, telur ceplok dan roti. “Lebih sulit bikin rawon atau soto,” ujar Anas.

Saya jadi teringat Lijiang. Kota  wisata di dekat pegunungan Shangrila. Di perbatasan Tibet. Yang terkenal itu. Hotel-hotelnya dalam bentuk home stay semua.

Hari itu saya mendadak ke Lijiang. Awal tahun tadi. Memanfaatkan waktu kosong satu hari.

Jangan bangun hotel bintang tiga. Di Banyuwangi. Apalagi bintang 2. Atau bintang 1. Lebih-lebih hotel kelas melati. Bupati Banyuwangi tidak akan memberi izin.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News