Ingat, Kader PDIP Harus Dekat dengan NU dan Muhammadiyah

Ingat, Kader PDIP Harus Dekat dengan NU dan Muhammadiyah
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto. Foto: dokumentasi DPP PDIP for JPNN

jpnn.com, GARUT - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyatakan bahwa kader-kader partainya harus mampu membangun dialog sekaligus menjadi jembatan persaudaraan bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam rangka itu, kader-kader PDIP harus dekat dengan kalangan Islam, terutama Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.

Hasto mengatakan itu ketika menghadiri Konsolidasi Internal DPC PDI Perjuangan Garut di Graha Intan Balarea, Garut, Jawa Barat, Selasa (10/10). Politikus kelahiran Yogyakarta, 7 Juli 1966 itu mengatakan, sejarah telah mencatat kedekatan Bung Karno dengan NU dan Muhammadiyah yang dikenal sebagai dua ormas Islam terbesar di Indonesia itu.

"Dalam alam pikirnya, Bung Karno banyak mengambil inspirasi dari Muhammadiyah. Dalam kultur beragama yang berkebudayaan, Bung Karno dekat dengan NU," ujar Hasto.

Bahkan, Bung Karno punya andil dalam proses pencarian atas makam Imam Bukhari, ahli hadis yang sangat dihormati kalangan muslim. Pada era awal 1960-an, Bung Karno bisa memaksa pemerintah Uni Soviet yang berhaluan komunisme untuk mencari makam Imam Bukhari di Samarkand, Uzbekistan.

"Api nasionalisme Islam Bung Karno mampu menekan pimpinan Uni Soviet saat itu untuk menemukan makam Imam Al Buchori," jelasnya.

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri pun mewarisi semangat Bung Karno untuk menjalin kedekatan hubungan dengan NU dan Muhammadiyah. Menurut Hasto, hal itu untuk melanjutkan tradisi Bung Karno yang belajar Islam dengan ulama-ulama besar seperti HOS Tjokroaminoto, KH Hasyim As'yari dan KH Achmad Dahlan.(jpg/jpnn)


Pikiran Bung Karno banyak terinspirasi Muhammadiyah. Sedangkan dalam kultur beragama yang berkebudayaan, Bung Karno dekat dengan Nahdatul Ulama.


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News